Sabah dan Sarawak adalah BERSTATUS NEGARA dan bukannya Negeri.

Sabah dan Sarawak adalah sebuah Negara yang MERDEKA DAN BERDAULAT yang mana kedua - dua NEGARA ini telah bersama-sama dengan Singapura dan Malaya untuk membentuk Persekutuan Malaysia pada 16 September 1963.

Happy Sabah (North Borneo) Independence Day 51 Years

Sabah or previously known as North Borneo was gained Independence Day from British on August 31, 1963. To all Sabahan, do celebrate Sabah Merdeka Day with all of your heart!

Sarawak For Sarawakian!

Sarawak stand for Sarawak! Sarawakian First. Second malaysian!

The Unity of Sabah and Sarawak

Sabah dan Sarawak adalah Negara yang Merdeka dan Berdaulat. Negara Sabah telah mencapai kemerdekaan pada 31 Ogos 1963 manakala Negara Sarawak pada 22 Julai 1963. Sabah dan Sarawak BUKAN negeri dalam Malaysia! Dan Malaysia bukan Malaya tapi adalah Persekutuan oleh tiga buah negara setelah Singapura dikeluarkan daripada persekutuan Malaysia.

Sign Petition to collect 300,000 signatures

To all Sabahan and Sarawakian... We urge you to sign the petition so that we can bring this petition to United Nations to claim our rights back as an Independence and Sovereign Country for we are the Nations that live with DIGNITY!

Decedent of Rajah Charles Brooke

Jason Desmond Anthony Brooke. The Grandson of Rajah Muda Anthony Brooke, and Great Great Grandson of Rajah Charles Brooke

28 January 2011

YUDAS ISKARIOT ZAMAN MODEN - Melalui Filem “The Da Vinci Code”

“Now the Spirit expressly says that in latter times some will depart from the faith, giving heed to deceiving spirits and doctrines of demons, speaking lies in hypocricy …”
Demikian pesan Rasul Paulus kepada Timotius, bahwa Roh dengan tegas mengatakan di waktu-waktu kemudian ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan, oleh keadaan munafik yang memberitakan dusta (vide-I Timo- tius 4:1-2).
Setelah membaca novel The Da Vinci Code dari penulis Dan Brown dan menyaksikan filmnya yang disadur dari novel tersebut oleh sutradara Ron Howard, saya mempunyai kesimpulan yang sama dengan Sdr Jaime Gomes (misionaris SVD di Argentina), ternyata dewasa ini masih ada “Yudas Iskariot”, yang menjual Yesus seperti Yudas seharga “tiga puluh keping perak” kepada imam-imam kepala di Sanhendrin.
Dan Brawn dan Ron Howard melalui perusahaan Sony Columbia, meraup jutaan bahkan mungkin miliaran dolar dengan menjual Yesus yang dikemas dalam suatu cerita fiksi yang diklaim didukung fakta historis. Ternyata diramu dengan cara licik dan menyesatkan menggabungkan fakta dan fiksi (A seductively clover mix of fact and fiction).
” Holy Grail”
Menurut versi Dan Brown, yang disebut “Holy Grail” atau cawan minuman yang dipakai Yesus dalam Perjamuan Malam (Last Supper) sebelum disalibkan, adalah “sebetulnya” bukan cawan yang digunakan dalam perjamuan tersebut, tetapi “Holy Grail” adalah oknum Maria Magdalena yang menyandang garis keturunan Yesus dengan melahirkan anak.
Dan yang lebih parah lagi Brown mendasarkan kesimpulannya dari Dokumen Gnostic yang ditolak gereja karena dianggap ajaran sesat dari abad kedua, bahwa Yesus tidak hanya mengambil Maria Magdalena sebagai istrinya tetapi juga direncanakan untuk menugaskannya sebagai “penemu” dari gerejaNya (planned her the founder of His Church-hal. 254).
Alkitab dalam Perjanjian Baru yang ditulis atau diilhamkan ke- pada para saksi mata yaitu keempat penulis Injil menyangkut “cawan minuman” dan “Maria Magdalena”, sangat bertentangan dengan kon- sep Brown dalam novel fiksinya tersebut.
Dalam Penetapan Perjamuan Malam yang tersebut dalam Injil Matius 26 :27-28 disebutkan:
“Sesudah itu Ia (Yesus) mengambil cawan, mengucapkan syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa ………….”
Injil Markus dan Lukas menulis hal yang sama, dimana Yesus melambangkan anggur sebagai darahNya yang akan tercurah disalib untuk pengampunan dosa dan roti sebagai lambang tubuh Kristus yang diserahkan dalam kematianNya sebagai Korban Penebus dosa.
Sedang rasul Yohanes, yang selalu menyebut dirinya “murid yang dikasihiNya” (the disciple whom He loved) dalam Perjamuan terakhir, (The Last Supper) duduk dekat Yesus, dalam Karya Leonardo Da Vinci di tafsirkan bahwa itu bukan Yohanes tetapi Maria Magdalena.
Yang Dikasihi
Bukan hanya dalam peristiwa “The Last Supper”, Yohanes menyebut dirinya “murid yang di-Kasihi Yesus”, tetapi tercatat empat kali, yaitu ketika Yesus disalibkan, oleh Yohanes disebutkan: dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria istri Klopas dan Maria Magdalena, dan “murid yang di-Kasihi-Nya di samping ibu-Nya. (vide-Yoh.19:25-26).
Peristiwa ketiga pada saat kebangkitan Yesus, pagi-pagi benar Maria Magdalena ke kubur Yesus dan melihat batu telah diambil dari kubur, kemudian ia melapor kepada Petrus dan kepada “murid lain yang di-Kasihi Yesus” (vide-Yoh. 20:1-2).
Terakhir menutup kesaksiannya dalam Yohanes 21 bahwa “murid yang dikasihi Yesus” adalah dia sendiri, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, yang duduk dekat Yesus sewaktu perjamuan (vide-ayat 20, 24). Jadi jelas bukan Maria Magdalena yang duduk dekat Yesus sewaktu Perjamuan Terakhir.
Dan Brown juga menggambarkan adanya suatu kelompok orang-orang yang dirahasiakan (secret society) yang disebut Priory of Sion (Biarawan Sion) yang berabad-abad merahasiakan hubungan Yesus dengan Maria Magdalena dan mengklaim bahwa Leonardo Da Vinci dan Issac Newton termasuk anggota rahasia dari Priory of Sion tersebut.
Selanjutnya dia mendongengkan bahwa di dalam karya seni Leonardo Da Vinci meninggalkan petunjuk atau kode yang dibaca secara terbalik yang memberikan penjelasan berbeda tentang Kristus yang tidak sejalan dengan ajaran Alkitab. Karena menurut kode tersebut, Yesus hanya manusia biasa yang kawin dengan Maria Magdalena dan turunan terakhir ada di Prancis bernama Sophie Neveu atau St Clair, yang diuber-uber oleh kelompok Opus Dei dari sekte Katholik yang keras, dengan algojonya si Silas, untuk membungkamkan semua musuh-musuh secret society.
Memang pernah ada versi lain tentang The Priory of Sion namun tidak seperti secret society yang digambarkan Dan Brown, yang didirikan oleh Pierre Plantard (1920-2000) seorang Prancis anti Semitik yang pernah dipejarakan tahun 1953 karena penipuan (fraud). Pada tahun 1960-an hingga tahun 1970-an dia memalsukan beberapa dokumen untuk “membuktikan” adanya garis keturunan dari Yesus dan Maria Magdalena melalui raja-raja Prancis kepada Plantard, sehingga ia (Pierre Plantard) berhak menduduki tahta Perancis.
Mereka menyimpan “dokumen-dokumen” tersebut dipelbagai perpustakaan Perancis, termasuk di The National Library.
Akhirnya pada tahun 1993 Plantard mengaku di bawah sumpah di depan Hakim erancis bahwa dia telah memalsukan semua dokumen yang ada hubungannya dengan The Priory of Sion, sehingga mendapat peringatan keras dari hakim dan kemudian ia dibebaskan sebagai orang “sinting.”
Namun Dan Brown memakai sebagian dari “dokumen palsu” Plantard untuk membenarkan argumentasinya yang bernama Les Dossiers Secrets d’Henry Lobinean. Dari bukti palsu (fraudulent evidence) yang direkayasa Dan Brown, sehingga dianggaplah tetap menjaga “kerahasiaan” Maria Magdalena (sumber: Dennis Fisher – Discovery Series).
Kebenaran di Atas Fiksi
Dan Brown telah merekayasa suatu sejarah alternatif yang menabrak kebenaran sejarah bahkan kebenaran Alkitab.
Hikayat dan kehidupan Maria Magdalena dalam Alkitab Perjanjian Baru sangat bertentangan dengan gambaran Dan Brown dalam cerita fiksinya.
Alkitab menggambarkan kehidupan Maria Magdalena sebagai seorang pendosa yang bertobat dan menjadi pengikut Yesus yang setia, pernah disembuhkan dari roh-roh jahat,jadi saksi penyaliban dan saksi pertama kebangkitan Yesus.
Pemutarbalikan sejarah (distortion of history) yang sangat signifikan dari Dan Brown adalah menyangkut sejarah hidup Kaisar Constantine, yang menurut dia adalah penyembah berhala seumur hidup (a life long pagan) yang dibaptis pada waktu sudah sekarat menjelang mati, sehingga terlalu lemah untuk menolak.
Sejarawan Erich S Gruen, dalam World Book – 2001 menjelaskan bahwa Kaisar Constantine (275-337) yang merupakan Kaisar Roma pada abad ke-empat, adalah kaisar pertama yang menjadi Kristen, dan selama pemerintahannya umat Kristen mendapatkan pengesahan.
Dialah yang membangun Katedral Kristen yang besar, Lateran Basilica di Roma dan beberapa gereja terkenal dekat Roma, Syria, Antioch, Constantinople dan Yerusalem. Pemutarbalikan fakta sejarah bahkan manipulasi terhadap kebenaran dan kekudusan Yesus oleh oknum-oknum yang “jual Yesus” hanya untuk meraih keuntungan besar, bagi umat yang mengakuiNya sebagai Juruselamat dan Nabi, tidak perlu gusar karena Yesus Kristus itu sendiri adalah Kebenaran (Yohanes. 14:6).
Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa melainkan supaya orang berbalik dan bertobat, termasuk Dan Brown.Cs. Ucapan Yesus disalib yang mengatakan “ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, masih berlaku bagi mereka.
**Penulis adalah mantan Direktur Politik/Ketua Clearing House-Interdep Pengawasan Barang Cetakan & Aliran Sesat Jamintel

KENALILAH ALIRAN SAKSI JEHOVAH "Jehovah Witness"

Memahami dan Mengenali Aliran Saksi Jehovah
Sumber http://febrina.wordpress.com/
Saksi Yehuwa (SY, Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara terbuka mengaku sebagai ‘Siswa-Siswa Alkitab’ namun juga sering mengaku sebagai Kristen (namun ajarannya bersifat antitesa terhadap kekristenan) dan cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah-ke-rumah, dan sekalipun SY menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja. Karena perilaku mereka yang cukup rajin mendatangi orang-orang di rumah mereka dan telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah masyrakat yang sudah beragama dan juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung R.I., kegiatan SY dilarang. Melalui SK Jaksa Agung RI pula, pada tanggal 1 Juni 2001, SK tahun 1976 itu dicabut.
Prakteknya, SY sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus apalagi kegiatannya kurang kelihatan sebagai organisasi yang memiliki ‘gedung pertemuan’ dan SY lebih aktip dalam siar agamanya melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan kerumah-rumah, apalagi di era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Faktanya, mereka terus aktif mengadakan pertemuan-pertemuan di gedung-gedung pertemuan umum bahkan menurut ‘Buku Kegiatan 1997′ (hal.29-30) yang mereka terbitkan, disebutkan bahwa pada tanggal 19 Juli 1996 telah dibuka cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan bukan saja sebagai tempat pertemuan dan kantor pusat kegiatan tetapi juga percetakan.
Memang dalam era reformasi dengan demokrasinya, dan bebasnya informasi melalui internet, sudah bukan masanya kalau umat Kristen menolak kehadiran mereka secara resmi karena itu melanggar HAM tentunya, tetapi umat Kristen dengan institusinya tentu tepat bila menolak mereka sebagai bagian agama Kristen karena mereka menolak Yesus sebagai Tuhan dan Kristus yang bangkit dan menolak Alkitab Kristen sebagai firman Allah, jadi berbeda dengan kekristenan secara umum.

PENDIRI SAKSI YEHUWA

SY didirikan oleh Charles Tase Russel (1852-1916) yang semula adalah anggota gereja Presbyterian kemudian terpengaruh Adventisme soal ajaran Akhir Zaman dan ajaran Christadelphian yang berbeda dengan ajaran Kristen yang umum, pada tahun 1870 merasa memperoleh wahyu untuk menyingkapkan rahasia-rahasia Alkitab dan pada tahun 1872 membentuk kelompok pemahaman Alkitab. Setelah Russel meninggal (1916) ia digantikan oleh Joseph Franklin Rutherford, dan pada tahun 1942 digantikan oleh Nathan Homer Knorr, menyusul tahun 1977 oleh Frederick W. Franz. Setelah kematian Franz (1992) Milton G. Henzel memerintah sampai sekarang. Tokoh-tokoh pemimpin ini dianggap sebagai nabi.
Ajaran SY bukanlah merupakan exegese dari Alkitab tetapi lebih merupakan ajaran para tokohnya. Buku utama mereka bukan Alkitab tetapi buku karya Russel berjudul ‘Studies in the Scripture’ (Penyelidikan Alkitab) yang dinilai lebih berotoritas dari Alkitab sendiri. Saksi Yehuwa merupakan organisasi teokratis yang menekankan keterlibatan semua anggotanya dalam siar agama, sedang nama Saksi Yehuwa adalah nama yang baru di kemudian hari ditahun 1931 dipakai, 52 tahun setelah SY berdiri, yang diambil dari ayat-ayat Yesaya 43:10-12
SY sangat aktif dalam siaran radio disamping kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah, dan terutama propaganda literatur sangat tekankan. Banyak buku-buku propaganda telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dicetak dengan harga murah tetapi dengan kualitas yang baik dan berwarna. Buletin SY berjudul ‘Menara Pengawal’ dan ‘Sedarlah’ sangat menarik karena dikemas begitu indah dan berisi masalah-masalah yang hangat dihadapi manusia modern. Disamping itu traktat-traktat berwarna banyak dicetak dan disebar luaskan.
Biasanya tema promosi literatur SY berkisar soal penderitaan di bumi dan bahwa baik pemerintah maupun agama-agama tidak berhasil mengatasinya, dan hanya para Saksi Yehuwalah yang bisa menawarkan jalan keluar menuju firdaus yang kekal. Literatur SY bersifat menyalahkan pemerintah-pemerintah maupun agama-agama secara umum terutama agama Katolik, dan dengan penjelasan para penyiar agama yang meyakinkan tentu saja banyak orang menjadi tertarik, apalagi bila yang bersangkutan sedang mengalami masalah dengan gereja yang diikutinya.

SOAL ALKITAB

Bagi SY Alkitab terjemahan Kristen dan lebih-lebih Katolik semuanya salah dan hanya terjemahan SY yang diberi nama ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ (DB/New World Translation/NW) lah yang benar. Terjemahan NW mengikuti terjemahan ‘Empathic Diaglot’ yang diterjemahkan oleh Benyamin Wilson, seorang tokoh Christadelphian (1864), yaitu dengan cara menterjemahkan tiap kata Ibrani (PL) dan Yunani (PB) (bahasa asli Alkitab) dibawahnya dan menafsirkannya.
“Untuk menyingkirkan sesuatu yang rupa-rupanya menjadi pertentangan di sini marilah kita kutip salinan bahasa Gerika kata-demi-kata seperti diperlihatkannya diantara garis-garis bacaan dalam The Emphatic Diaglott.” (Karena Allah Itu Benar Adanya, 1960, hlm.110. Disesuaikan dengan ejaan baru).
Tentu saja tafsiran harfiah kata-per-kata dengan urutan demikian yang tidak mengikuti prinsip-prinsip penerjemahan dan tatabahasa, jelas menghasilkan teks yang bisa diartikan berbeda dengan penafsrian umumnya di kalangan Kristen & Katolik. Apalagi dengan adanya asumsi dogmatis bahwa semua terjemahan Kristen & Katolik adalah salah dan terjemahan SY-lah yang benar, tentu sulit untuk membandingkan mana terjemahan yang benar, apalagi sudah menjadi kenyataan, bahwa para penulis ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ bukanlah ahli-ahli yang menguasai bahasa Ibrani dan Yunani secara akademis karena mereka menolak belajar teologi formal. Faktanya Alkitab NW bukanlah terjemahan tetapi lebih merupakan tafsiran (paraphrase) untuk mendukung keyakinan Saksi Yehuwa.
Dalam literatur SY dikemukakan alasan bahwa terjemahan mereka bertitik tolak pada upaya meninjau kembali ayat demi ayat dan kata-kata di dalam ayat itu yang berpeluang dijadikan tafsiran sepihak oleh pendukung doktrin pengutip dari sumber yang asal-usulnya diragukan, dan ayat-ayat dan kata-kata itu diluruskan sesuai sumber a.l. dewan alkitabiah internasional, penemuan dari cambridge university dan dari kalangan anthropologi international yang mapan dan diakui. Posisi demikian kelihatannya meyakinkan namun bila diselidiki ternyata sumber-sumber itu umumnya adalah kalangan SY sendiri sebab mereka mengatakan bahwa Alkitab terbitan Katolik (Lembaga Biblika Sedunia) dan Protestan (Lembaga Alkitab Sedunia) dianggap salah terjemahannya. Mengenai bagaimana SY biasa menafsirkan secara tekstual dan harfiah untuk mendukung ajaran mereka dapat dibaca dalam artikel sambungan ini.

AJARAN TENTANG ALLAH

Bagi SY, Dunia diperintah Allah yang bernama Yehuwa yang kekal dan esa dan memerintah secara teokratis dan di bumi diwakili oleh pemerintahan ‘Saksi-Saksi Yehuwa.’ Yesus bukanlah Allah melainkan titisan malaikat Mikhael yang adalah ciptaan yang sulung dan kemudian disetarakan dengan Allah (a god). Dengan pimpinan Yesus, Lucifer dengan kerajaan dunianya akandibinasakan dan Yesus mendirikan kerajaan teokratis di bumi. Yesus diramalkan datang tahun 1914 dan disusul kerajaan 1000 tahun. Dibawah Rutherford yang keluar dari penjaran tahun 1919, dalam pertemuan SY disebutkan bahwa “pemerintah-pemerintah dunia maupun organisasi gereja adalah alat iblis.”
Pada saat kedatangan Yesus akan terjadi perang Armagedon yang merupakan perang terakhir antara Allah dan Iblis dan organisasi-organisasinya termasuk agama, gereja dan negara. Mereka yang menolak ajaran Saksi Yehuwa akan dimusnakan bersama Iblis dan kerajaan dunianya, dan mereka yang menerima akan memperoleh hak sebagai bagian 144.000 umat pilihan dalam Firdaus yang kekal dan sisanya akan menempati kerajaan teokratis di bumi. Ketika tahun 1914 Yesus tidak datang maka diramalkan kembali tahun-tahun 1918, 1921, 1925, 1941, 1975 dan 1992, tetapi semuanya merupakan nubuatan kosong. (Pokok masalah perhitungan mereka adalah dipaksakannya tahun 606/7SM sebagai tahun pembuangan umat Israel, tahun yang tidak ada dasar historisnya, faktanya sejarah adalah tahun 587SM).
Roh Kudus hanya dianggap ‘kekuatan/daya Allah saja’ jadi bukan pribadi, dan sekalipun rumus pembaptisan Amanat Agung (Matius 28:19) menyebut tiga nama, namun ditulis dengan nama ‘Bapak dan Putra dan rohkudus’ (roh dengan huruf kecil). Jadi karena Putra (Yesus) adalah mahluk ciptaan yang sulung (Mikhael) dan rohkudus hanya kekuatan saja maka hanya ada satu Allah tunggal yaitu yang bernama Yehuwa.
SY sangat alergi dengan pengajaran soal ‘Allah Tritunggal’ yang dianggapnya berasal dari kepercayaan bangsa-bangsa Babil dan Mesir dan bangsa-bangsa lain yang mempercayai dewa-dewa pada zaman dahulu kala, dan bahwa pencipta pengajaran tritunggal itu adalah Setan (Karena Allah itu Benar Adanya’, hlm.105). Untuk menunjang hal ini maka ayat-ayat mengenai ‘Yesus yang adalah Tuhan’ ditafsirkan bahwa Yesus hanyalah suatu Ilah seperti ayat Yohanes 1:1. (Uraian ayat ini akan dibahas pada sambungan artikel ini).

HIDUP MANUSIA & KESELAMATAN

Bagi SY, manusia adalah jiwa sebagai gabungan debu tanah dan nafas Allah dan hakekatnya sama dengan binatang pada umumnya. Bila manusia mati, maka jiwa itu mati bersamanya, jadi tidak dipercayai adanya kehidupan yang kekal, kecuali para penganut SY yang dipilih menjadi bagian Firdaus maupun kerajaan teokratis di bumi. Kematian di dunia adalah dimasukinya status ‘tidur rohani’ yang menunggu hari penghakiman.
Penebusan Yesus Kristus di kayu salib ditolak oleh SY. Yesus mati di tiang siksaan dan kemudian mati dan dibangkitkan dalam roh saja. Penebusan darah Yesus ditolak dan manusia untuk menyelamatkan diri harus dicapai dengan amal baik dan dengan menjadi SY yang menyiarkan ajaran SY untuk memperoleh status hidup kekal dalam kerajaan teokratis atau akan dimusnahkan. Ajaran tentang dosa, pertobatan, pengampunan, kasih, dan darah Kristus dalam penebusan dosa diabaikan. Hakekat neraka tidak dipercayai apalagi sebagai siksaan yang kekal. Hanya ada dua pilihan di akhirat, hidup kekal dalam kerajaan teokratis bersama Yehuwa atau dimusnahkan habis.

PERJUMPAAN DENGAN SAKSI-SAKSI YEHUWA

Dalam konteks Indonesia yang memasuki alam reformasi dan keterbukaan dan dengan adanya kemajuan media internet, maka interaksi dengan Saksi-Saksi Yehuwa tidak lagi terhindarkan. Pelarangan secara resmi tidak menjamin hilangnya para penganut SY dan usaha mereka dalam menyiarkan agama itu apalagi setelah sekarang diizinkan kembali beroperasi secara resmi. Karena itu, yang diperlukan bagi umat Kristen adalah kesiapan mereka dalam bersenjatakan senjata-senjata rohani dan mengetahui bagaimana cara-cara para SY dalam mendekati seseorang.
Biasanya dalam menyiarkan agama mereka di kalangan Kristen, mereka meminta izin masuk ke rumah dan berkenalan dengan pemilik rumah. Kemudian mereka mengajak berdiskusi mengenai masalah dunia dan ajaran Kristen. Awalnya memang mereka mengajak agar dibukakan Alkitab terjemahan Kristen (LAI), kemudian menafsirkan beberapa ayat-ayat tertentu di luar konteks dan yang ditafsirkan menurut terjemahan dan ajaran mereka yaitu ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.’
Bila seseorang tertarik, mereka diajak untuk mengikuti ‘Persekutuan Wilayah’ dan bila makin teruji kesetiannya, mereka diajak bergabung dalam ‘Balai Kerajaan’. Disini dengan pertemuan-pertemuan marathon beberapa kali seminggu, mereka dipersiapkan sebagai Saksi-Saksi Yehuwa yang dewasa dan siap untuk mendidik orang lain pula. Mereka juga dilatih untuk mengajarkan ajaran SY kepada orang lain. Dapat dimaklumi mengapa para SY bersikap militan yaitu karena diberi peran yang besar sesuai dengan harga diri masing-masing. Bila dalam Balai Kerajaan mereka sudah teruji kesetiaannya barulah mereka dibaptis dengan cara diselam dan pada taraf ini mereka sudah tidak lagi bisa diubah pandangan imannya. Perjamuan Suci tidak diberlakukan sebagai sakramen persekutuan iman tetapi dirayakan setahun sekali sekedar sebagai peringatan kematian Yesus. Kebangkitan Yesus dalam daging tidak dipercaya mereka.
Para SY yang datang kerumah-rumah adalah mereka yang terdidik secara disiplin dan dibekali kemampuan berdebat yang luar biasa, karena itu biasanya umat Kristen (apalagi yang awam) akan sangat sukar melayani, dan bila mereka tidak mampu melayani perdebatan itu kemungkinan terbuka akan tertarik ajaran tersebut. Karena SY dilatih begitu intensip maka dalam berdiskusi mereka sudah biasa menghadapi pertanyaan dan menguasai materi pembicaraan, karena itu umat Kristen harus berhati-hati untuk masuk dalam percakapan dengan mereka, apalagi bila anggota SY yang datang kalah dalam berdiskusi, biasanya anggota yang lain yang lebih matang dan senior akan datang sampai lawan bicaranya kalah.
Cara yang terbaik yang dapat dilakukan oleh umat Kristen adalah membekali diri dengan senjata-senjata rohani yang diperlukan (Efs.6:10-20) seperti Iman, Firman yang adalah pedang Roh, kebenaran, keadilan, doa & berjaga-jaga, dan kesediaan memberitakan Injil. Sekalipun demikian bila belum benar-benar menguasai firman Tuhan ada baiknya menghindari perdebatan dengan SY. Justru karena menghadapi serangan yang gencar seharusnya umat Kristen terus dengar-dengaran akan firman Tuhan dan belajar untuk mengerti firman Tuhan dengan mendalam sehingga ia dapat menangkis panah-panah api yang diarahkan kepadanya.

ALIRAN KULTUS (CULT)

Saksi Yehuwa hanyalah salah satu aliran ‘kultus’ (cult) yang bekerja di sekitar kekristenan, tetapi kita harus sadar bahwa dalam era reformasi dan keterbukaaan yang didukung oleh kebebasan internet, maka umat Kristen akan berhadapan dengan begitu banyak aliran kultus yang baru yang ada yang ringan tetapi ada juga yang berat bahkan membius. Karena itu tidak ada cara lain dari umat Kristen yang harus ditempuh kecuali hidup sebagai anak Tuhan yang taat akan firman Tuhan, rajin berbakti dan bersekutu, dan rajin berdoa sambil berjaga, dengan sikap demikian diharapkan ajaran-ajaran kultus tidak sampai mempengaruhi iman kita yang mula-mula.
Aliran-aliran kultus diawal abad ke-XXI ini sangat bervariasi, ada yang ringan yang ingin memurnikan ajaran Kristen dan makin mendekati kekristenan Alkitabiah (Advent), ada yang fanatik (Mormon & Saksi Yehuwa), dan bahkan ada yang rela mati bersama-sama mengikuti pimpinan mereka (Jim Jones & Kenisah Matahari), berani berperang (David Koresj), bahkan berani membunuh orang-orang secara massal demi keyakinan mereka akan Armagedon (Aum Shrinkiyo). Beberapa ciri aliran kultus (cult) yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut:
(1) Aliran kultus berkisar pada ajaran tokoh-tokoh yang dikultuskan yang dianggap sebagai nabi atau messias, dan biasanya ucapan dan perilakunya diikuti oleh para pengikutnya dengan fanatik tanpa reserve menggantikan peran Yesus Kristus. (SY mengkultuskan Charles Tase Russel dan tulisannya ‘Studies in Scriptures);
(2) Aliran kultus biasanya bersikap eksklusif, bahwa merekalah umat pilihan yang benar dan semua agama terutama Kristen adalah sesat. Karena itu mereka mengecam gereja-gereja yang resmi yang disebut ‘Susunan Kristen.’ Dalam hal SY merekalah yang dianggap termasuk kerajaan Theokratis;
(3) Adanya semangat akan Akhir Zaman yang luar biasa, dan seperti SY sekalipun jelas ramalan-ramalan para tokohnya selalu terbukti keliru, fanatisme itu tetap eksis;
(4) Biasanya aliran kultus memiliki ‘Kitab’ suci ucapan dan tulisan para tokohnya yang dianggap lebih berotoritas daripada Alkitab Kristen. SY memiliki ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ dan ‘buku karya Charles Tase Russel (Setelah Russel meninggal diselesaikan Rutheford) berjudul ‘Studies in Scriptures.’;
(5) Jalan Keselamatan dalam Kristus di tolak dan biasanya ditambah-tambahi dengan ‘taurat baru’ apakah itu dalam bentuk memelihara hari Sabat, vegetarian, hukum Taurat, amal baik, atau dalam kasus SY menjadi penyiar agama SY;
(6) Tetapi, ada satu hal menarik yang tidak bersifat prinsip tetapi efektif adalah ‘peran kaum awam yang aktif’ dalam ikut serta menyiarkan keyakinan mereka. SY melakukan kunjungan ke rumah-rumah penduduk;
(7) Dan, tidak dapat disangkal bahwa aliran-aliran kultus sangat menekankan pelayanan melalui literatur, yaitu traktat-traktat, buku, majalah maupun brosur-brosur dan disamping itu mereka gencar melakukan siar agama melalui internet. SY paling menonjol dalam hal ini.
Dikeluarkannya SK pencabutan larangan akan beroperasinya aliran Saksi Yehuwa tentu tidak perlu dikuatirkan oleh umat Kristen karena itu sejalan dengan demokrasi yang dijalankan pemerintahan Gus Dur, namun pencabutan SK itu jelas akan berdampak makin bebasnya mereka mengunjungi rumah-rumah semua orang dari agama apapun karena memang misi mereka demikian, namun dibalik itu masyarakat Indonesia menjadi tahu secara terbuka bahwa kalau selama ini mereka yang sering keluar-masuk rumah penduduk dijadikan stigma sebagai ‘misi penginjilan Kristen’ sekarang dengan terang masyarakat akan tahu bahwa itu adalah para ‘Saksi-Saksi Yehuwa’, yang juga mendatangi rumah umat Kristen sekalipun mereka mengaku sebagai ‘Kristen’ juga. Dalam buku doktrin mereka disebutkan:
“Sekarang ini mereka gemar akan melakukan kewajiban yang diletakkan di atas pundak tiap-tiap orang Kristen sejati, yaitu menyiarkan kabar kesukaan mengenai kerajaan Allah. Dengan segala suka hati mereka pergi, dari rumah ke rumah, di jalan-jalan besar, dan di tempat-tempat pertemuan umum memberitakan jalan Allah menuju ke arah hidup kepada umat Katolik, Protestan, Yahudi dan orang-orang penganut kepercayaan agama lain, atau yang tak beragama sama sekali” (Karena Allah Itu Benar Adanya, hlm.257-258).
Semoga beberapa catatan ini bisa dijadikan bekal dalam perjumpaan kita dengan aliran-aliran kultus yang akhir-akhir ini dengan rajin menyiarkan keyakinan mereka kepada masyarakat umum khususnya umat Kristen di Indonesia. Mereka yang ingin informasi lebih lengkap bacalah ‘SAKSI-SAKSI YEHUWA, siapa dan bagaimana mereka?’ (Yayasan Kalam Hidup, 1999, cetakan ke-4).

PANDANGAN TENTANG ALKITAB

Saksi-Saksi Yehuwa (SY) menganggap bahwa Alkitab dari umat Kristen (terjemahan Indonesia diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia / LAI) salah terjemahannya, lebih-lebih terjemahan Katolik Roma ‘Douay’ yang diterjemahkan dari Vulgata sangat ditentang (dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Lembaga Biblika Indonesia / LBI), karena itu SY merasa bertanggung jawab untuk menerjemahkannya menurut versi mereka sendiri.
SY mendasari Kitab Sucinya dari terjemahan Empathic Diaglott yang ditulis oleh Benyamin Wilson (1864) seorang tokoh Christadelphian. Diaglott artinya dua bahasa, cara kerjanya adalah dengan menulis terjemahan di bawah setiap kata bahasa asli Alkitab. Versi SY kemudian disebut sebagai ‘The New World Translation’ (NW). Terjemahan Perjanjian Baru diselesaikan pada tahun 1950 dan Perjanjian Lama pada tahun 1960, dan setelah direvisi, maka pada tahun 1961 diterbitkan secara lengkap. Edisi ini direvisi ulang pada tahun 1970 dan 1971 dan kemudian pada tahun 1984. Pada kata pengantar bahasa Inggeris edisi 1961 disebutkan:
“Secara jujur kami terdorong untuk menyebut bahwa, selagi masing-masing terjemahan lain itu mempunyai manfaatnya, mereka telah jatuh menjadi mangsa kuasa tradisi dalam berbagai tingkatan, konsekwesninya, tradisi agama, menjadi tua karena waktu, telah diterima sepenuhnya tanpa tersaingi dan tidak terselidiki. Hal-hal ini telah terjalin ke dalam terjemahan yang mewarnai pemikirannya. Untuk menunjang ajaran agama, hal-hal yang tidak konsisten dan tidak masuk akal telah dimasukkan dalam ajaran buku-buku yang diwahyukan. Anak Allah mengajar bahwa tradisi buatan manusia telah membuat hukum dan ajaran Allah tidak mempunyai kuasa dan pengaruh. Usaha dari panitia New World Bible Translation dimaksudkan untuk menghindarkan jerat tradisi agama.” (terjemahan dari kata Pengantar ‘The New Bible Translation of the Greek Scripture, 1961).
Edisi bahasa Indonesia kitab Perjanjian Baru disebut ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru’ (DB-PB) terbit pada tahun 1994 dan edisi lengkap termasuk Perjanjian Lama diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ (DB). SY mengemukakan bahwa terjemahan mereka bertitik tolak pada upaya meninjau kembali ayat demi ayat dan kata-kata di dalam ayat itu yang berpeluang dijadikan tafsiran sepihak oleh pendukung doktrin pengutip dari sumber yang asal-usulnya diragukan, dan ayat-ayat dan kata-kata itu diluruskan sesuai sumber a.l. dewan alkitabiah internasional, penemuan dari cambridge university dan dari kalangan anthropologi international yang mapan dan diakui.
Promosi di atas kelihatannya meyakinkan namun bila diselidiki ternyata sumber-sumber itu umumnya adalah dari kalangan SY sendiri atau dari sumber sepaham, sebab mereka mengatakan bahwa para ahli Alkitab dibalik terbitan Katolik (Lembaga Biblika Sedunia) dan Protestan (Lembaga Alkitab Sedunia) dianggap salah terjemahannya. Mengenai bagaimana SY biasa menafsirkan sejara textual dan harfiah untuk menerjemahkan dan menafsirkan Kitab Suci dan mendukung ajaran mereka dapat dilihat pada dua contoh berikut:

NAMA YEHUWA

Sekalipun mereka semula menyebut diri mereka sebagai ‘Siswa-siswa Alkitab’ dan penggunaan nama ‘Saksi-Saksi Yehuwa’ baru diresmikan pada tahun 1931, nama Yehuwa kemudian dianggap sebagai nama Tuhan satu-satunya dan digunakan dalam terjemahan DB dalam Perjanjian Lama (LAI menerjemahkan sebagai TUHAN), kemudian menerjemahkan 237 kata-kata ‘Kurios’ (Yunani) dalam Perjanjian Baru dengan nama Yehuwa pula (Apendiks 1, DB, hlm.2024-2025). Nama Yehuwa adalah nama Tuhan satu-satunya dari Tuhan yang esa karena itu tidak boleh diterjemahkan.
Sebenarnya pendapat SY yang mengatakan bahwa nama Yehuwa adalah nama pribadi Allah satu-satunya dan pertama kali muncul di Kejadian 2:4 tidak sesuai fakta sejarah, sebab hal itu didasarkan versi kanon Ibrani Massoret pada abad-1 yang sekarang umum dipakai yang sudah mengalami evolusi redaksional, padahal menurut penelitian sejarah, nama Allah semula adalah ‘El’ (yang menjadi Allah dalam bahasa Arab). Nama Yehuwa (tepatnya YHWH = tetragramaton) baru diperkenalkan kepada Musa di padang gurun (Keluaran 6:1-2), dan sekalipun nama YHWH sudah diperkenalkanpun dalam kitab para Nabi seperti Yesaya dan pada masa Pembuangan ke Babel, nama ‘El’ masih sering dipakai sebagai sinonim bahkan pengganti YHWH. Bandingkanlah ungkapan ‘Yahweh Elohe Yisrael’ (Keluaran 32:27;Yosua 8:30) dengan ‘El Elohe Yisrael’ (Kejadian 33:20;46:3) yang artinya ‘Allahnya Israel adalah Yahweh/El.
Fanatisme nama YHWH bisa dilihat dalam klaim SY yang menganggap bahwa nama Yehuwa dalam Septuaginta (LXX, terjemahan PL Ibrani ke bahasa Yunani) juga tetap digunakan dan tidak ikut diterjemahkan. Sebagai argumentasi disebutkan bahwa telah ditemukan 18 fragmen naskah Septuaginta dari kitab Ulangan dimana nama YHWH masih tertulis (12 diantaranya dimuat gambarnya dalam ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru, Apendiks 1, 1994, h.410-411). Juga dianggap bahwa dalam PB pun nama Yahweh tetap dipakai, itulah sebabnya dalam ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ disebutkan 237 nama Yehuwa pula dalam Perjanjian Baru.
Teori yang menyebutkan bahwa Septuaginta (bahasa Yunani) itu mengandung nama YHWH (bahasa Ibrani) berdasarkan 18 fragmen kitab Ulangan Septuaginta itu lemah sekali, soalnya fragmen itu sendiri mengungkapkan adanya rekayasa. Bila kita melihat dengan mata awam pun, gambar-gambar naskah itu jelas menunjukkan bahwa huruf-huruf YHWH diselipkan diatas bekas nama lama yang dihapus. Indikasinya: (1) Ada bekas huruf-huruf yang dihapus; (2) Jarak hapusan itu panjangnya sama dengan kata KURIOS (terjemahan YHWH dalam bahasa Yunani); (3) Kata YHWH yang ada disitu memiliki jarak spasi dengan huruf-huruf sebelum dan sesudahnya, padahal tulisan Yunani kuno tidak ada jarak antar katanya; (4) kepekatan tinta kata YHWH lebih tajam dari kata-kata kalimat menunjukkan penambahan lebih baru; (5) Huruf-huruf YHWH yang diselipkan itu memiliki font (bentuk dan ukuran) yang berbeda dan lebih kecil dari huruf-huruf Yunani dalam kalimat; (6) Perlu disadari bahwa kata Yunani ditulis dari kiri ke kanan sedangkan Ibrani dari kanan ke kiri; (7) dan kata YHWH yang diselipkan menyiratkan sudah ada tanda bacanya, sesuatu yang baru ada jauh sesudah masa penulisan Septuaginta. Kesimpulannya, nama ‘Kurios’ dalam naskah Ulangan itu diganti dengan tulisan YHWH oleh pengikut aliran Yahwisme (yang sangat meninggikan nama YHWH seperti SY).
Lalu adakah kata YHWH dalam PB? Kecuali terselip dalam kata ‘Haleluya’ (Yah dari YHWH, Wahyu 19:1,4), jelas tidak ada, karena PB ditulis sepenuhnya dalam bahasa Yunani dengan perkecualian beberapa kata Aram dan pada waktu penulisan PB, bahasa Ibrani adalah bahasa mati yang tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ribuan naskah awal salinan PB ditemukan dan tidak ada yang dalam bahasa Ibrani. Memang dalam penjelasan gambar fragmen-fragmen di atas disebutkan pula bahwa Jerome (h.412) menulis bahwa Matius pernah menulis Injil dalam bahasa Ibrani, namun kita harus sadar bahwa dalam tulisan Jerome (misalnya juga ‘Perang Yahudi’ yang terkenal itu) yang dimaksudkan dengan ‘bahasa Ibrani’ adalah ‘bahasa Aram’ yang disebutnya ‘lidahnya orang Ibrani’, demikian juga terjemahan ‘bahasa Ibrani’ (biasa ditulis hebraisti atau hebraik dialekto) dalam Perjanjian Baru menunjuk pada ‘bahasa Aram’ yang kala itu dipakai oleh orang Yahudi Palestina.
“Bahasa ibu orang Yahudi Palestina di waktu itu adalah Aram. Sekalipun para Rabi dan Ahli-Kitab masih menggunakan bahasa Ibrani klasik Perjanjian Lama, untuk mayoritas umat, ini adalah bahasa mati. … Barangkali karena rasa bangga yang keliru, dan kemungkinan besar karena tidak dapat membedakan ketepatan ilmiah, bahasa Aram secara populer disebut sebagai bahasa “Ibrani”. … Bahasa percakapan umum semitik orang Yahudi palestina pada waktu Yesus adalah Aram.” (Bruce M. Metzger, The Language of the New Testament, dalam The Interpreters Bible, Vol.7, hlm.43).
Dari uraian Nama Yehuwa ini dapatlah kita melihat salah satu contoh bahwa apa yang terjadi dengan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru bukanlah penderjemahan bahasa yang dimengerti secara benar (exegese), namun lebih banyak dilakukan dengan memasukkan suatu doktrin yang dipercayai ke dalam terjemahan itu (eisegese). Karena itu, adalah suatu hal yang berlebihan kalau terjemahan suatu kelompok sempalan mengganggap salah (dan mereka sendiri yang benar) terjemahan yang dihasilkan begitu banyak tim ahli dibalik penerjemahan yang dihasilkan Lembaga Alkitab Sedunia dan Lembaga Biblika Sedunia.

ALLAH ATAU SUATU ALLAH?

Salah satu penafsiran Saksi Yehuwa (SY) yang perlu diuji adalah soal penafsiran ayat Yohanes 1:1, dimana hasil terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia Terjemahan Baru (LAI-TB) berbeda dengan terjemahan SY ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ (DB), yaitu di situ disebutkan:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (LAI-TB)
“Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah suatu allah.” (DB)
Apakah memang terjemahan SY (DB) yang benar dan terjemahan Kristen (LAI) salah? Kita perlu menyadari bahwa terjemahan Kristen dalam bahasa apapun bunyinya begitu. Ataukah hal ini sekali lagi menunjukkan bagaimana SY memanipulasi terjemahan dan memasukkan ajaran SY yaitu ‘anti-Tritunggal’ ke dalam proses penerjemahan itu? Marilah kita simak!
Dari sumber-sumber Saksi Yehuwa sendiri, dalam uraiannya pada ayat Yohanes 1:1 dikemukakan argumentasi seperti dalam sumber buku dogmatika SY berikut:
“Ayat yang terakhir untuk dipertimbangkan dan dipergunakan membenarkan tritunggal ialah Yohanes 1:1: “Maka pada awal pertama adalah Kalam, dan Kalam itu bersama-sama dengan Allah, dan Kalam itulah Allah.” Untuk menyingkirkan sesuatu yang rupa-rupanya menjadi pertentangan di sini marilah kita kutip salinan bahasa Gerika kata-demi-kata seperti diperlihatkannya diantara garis-garis bacaan dalam The Emphatic Diaglott. Bunyinya begini: “Sejak semula adalah Kalam itu, dan Kalam itu berada dengan Allah itu, dan suatu allahlah Kalam itu.” Dalam hal ini “Allah” ditulis dengan kata “itu” dibelakangnya, sedangkan dalam kalimat pendek berikutnya, yaitu suatu allahlah Kalam itu,” pembaca melihat bahwa “allah” ditulis dengan kata penunjuk yang tak tertentu “suatu” dihadapannya. Hal itu membuktikan, bahwa pembicaraan itu mengenai dua oknum yang bersama-sama, dan bukan dua oknum menjadi satu serta Allah yang sama.” (Karena Allah Itu Benar Adanya, 1960, hlm.110-111. Disesuaikan dengan ejaan baru).
Hal yang lebih jelas juga disebutkan sebagai Apendiks dalam ‘Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru’ (DP-PB, 1994) sebagai berikut:
“Allah yang pada mulanya bersama-sama dengan Firman atau Logos, di sini dinyatakan dengan kata Yunani ‘ho theos’, yakni, theos namun didahului oleh kata sandang tertentu ho. Ini merupakan theos yang tertentu. … Dalam teks Yunani terdapat banyak predikat berupa kata sandang tunggal tanpa kata sandang yang mendahului kata kerja. Sebagai contoh, lihat Markus 6:49;11:32;Yohanes 4:19;6:70; 8:44,48;9:17;10:1,13,33;12:6;18:37. Di tempat-tempat ini para penerjemah memasukkan kata sandang tidak tertentu “suatu atau seorang” [bahasa Inggeris "a"] sebelum kata benda yang merupakan predikat agar membuat jelas ciri atau sifat dari subyek yang bersangkutan. Karena dalam ayat-ayat demikian kata sandang tidak tertentu dimasukkan sebelum kata benda yang merupakan predikat, dengan alasan yang sama yang dapat dibenarkan, kata sandang tidak tertentu “suatu” dimasukkan sebelum theos tanpa kata sandang di dalam predikat dari Yohanes 1:1 sehingga tertulis “suatu allah”. Kitab Suci mendukung kebenaran dari penerjemahan demikian.” (DB-PB, 1994, hlm.414-415. Di sini juga dikutip beberapa kutipan terjemahan yang sama yang umumnya dari lingkungan SY sendiri).
Orang awam dengan membaca uraian demikian kelihatannya mudah terpengaruh pernyataan di atas yaitu bahwa bila didahului kata sandang tertentu (definitif, dhi ‘ho’ dalam bahasa Yunani) maka kata itu diterjemahkan tanpa kata ‘sesuatu atau seseorang’ dan menunjukkan identitas atau kepribadian, namun bila tidak didahului kata sandang ‘ho’ (seperti 12 ayat yang dicontohkan dalam kutipan kedua) maka harus diterjemahkan dengan tambahan ‘sesuatu atau seseorang’ sehingga dengan contoh yang sama maka ‘theos’ tanpa kata sandang ‘ho’ dalam Yohanes 1:1 harus diterjemahkan sebagai ‘suatu allah.’ Benarkah argumentasi demikian?
Sebenarnya argumentasi ini menunjukkan kembali suatu rekayasa untuk menurunkan derajat Yesus agar bukan sebagai Allah namun hanya sekedar ‘suatu allah’. Bila kita membaca bahasa Yunani sebagai teks asli ayat-ayat tersebut, kata sandang tertentu (definitif) yang digunakan dalam ayat itu bukanlah ‘ho’ (nominatif) namun ‘ton’ (akusatif), atau lengkapnya Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya Yunani dieja: “en arche en ho logos en pros ton theon kai theos en ho logos.” Theos kedua memang tidak diberi kata sandang ‘ton’ (akusatif) seperti theos yang pertama, namun apakah itu berarti bahwa semua kata benda yang tidak diberi kata sandang tertentu (definite article) harus diterjemahkan dengan tambahan ‘suatu atau seorang’?
Kalau argumentasi ini kita ikuti maka dalam 18 ayat pertama dari teks Yohanes 1 saja kita dapat menemukan adanya 6 kata ‘theos’ yang juga tidak didahului kata sandang definitif ‘ton’ (akusatif) yaitu ayat-ayat Yohanes 1:1,6,12,13, dan dua kali dalam ayat 18. Ayat 1 menunjuk pada Yesus dan 5 ayat lainnya menunjuk pada ‘theos’ Yehuwa. Maka bila argumentasi SY kita ikuti maka terjemahan ke-6 ayat itu bisa berbunyi:
“Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah SUATU Allah.” (ayat 1, DB, 1999).
“Datanglah seorang yang diutus SUATU Allah, namanya Yohanes.” (ayat 6).
“Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak SUATU Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya.” (ayat 12).
“orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari SUATU Allah.” (ayat 13).
“Tidak seorangpun yang pernah melihat SUATU Allah; tetapi Anak Tunggal SUATU Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.” (ayat 18).
Beginilah jadinya terjemahannya (dengan menambahkan kata SUATU) bila kita mengikuti argumentasi SY. Allah hanya SUATU dan Yehuwa hanya SUATU Allah dan bukannya pribadi dan identitas yang jelas! Pandangan SY sendiri dengan demikian tidak sesuai dengan konsep kemahatunggalan Allah yang dipercayainya, sebab bila dalam seluruh Alkitab disebutkan bahwa ‘Hanya ada satu Tuhan’ (Yesaya 43:11;Yohanes 17:3;1-Korintus 8:4-6) dan tidak ada Tuhan lain, maka dengan menganggap Yesus adalah ‘SUATU Allah,’ berarti SY mempercayai politheisme (banyak allah), ini bahkan bertentangan dengan hukum utama “Jangan ada allah lain” (Keluaran 20:3) yang sangat dibela SY.
Pembahasan ini kembali menunjukkan bagaimana Saksi Yehuwa memanipulasi penerjemahan Alkitab dengan argumentasi yang direkayasa dan tidak konsisten, agar terjadilah HASIL terjemahan yang mendukung keyakinan mereka bahwa tidak ada pengajaran ‘Tritunggal,’ bahkan dirasa perlu penafsiran Yohanes 1:1 dicetak sebagai Apendiks dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru.
Kita dapat melihat bahwa sekalipun buku-buku SY penuh dengan data-data acuan dan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru edisi 1999 penuh dengan ayat-ayat referensi (di kolom tengah), kenyataannya umumnya penafsiran mereka didasarkan pada ayat-ayat tertentu yang dimengerti secara tekstual dan harfiah (yang terjemahannya meragukan) yang bila dimengerti secara kontekstual bisa berarti lain. Karena itu, mereka yang benar-benar mencari kebenaran perlu mendalami Alkitab dengan benar secara hermeneutis dan kontekstual.

Membahas KEWAFATAN Dan KEBANGKITAN SAYIDINA ISA AL-MASIH

Sumber: http://febrina.wordpress.com/
KEWAFATAN (KEMATIAN) DAN KEBANGKITN SAYIDINA ISA-ALMASIH (Hambran Hambrie)
Kewafatan Sayidina Isa di kayu salib, dan pada hari ketiga Dia telah bangkit dari antara orang mati secara real, adalah kebenarankebangkitan jasmaniah Beliau, dapat dilihat dan diraba seluruh Tubuhnya, serta bukti bekas luka pada tangan dan kakiNya. (Lukas 24: 36-40)
Selama 40 hari dalam waktu kebangkitanNya, hingga sampai pada kenaikanNya selalu menyertai murid-muridNya dalam pekerjaannya memberitakan keselamatan.
Seandainya Sayidina Isa Al-Masih tidak bangkit (Hidup kembali) diantara orang mati, maka saksi-saksi Kristen itu hanya merupakan saksi-saksi palsu dan omong kosong. Begitupun iman Kristen, hanyalah akan merupakan iman dogengan saja, iman yang sama sekali tidak mempunyai sesuatu harapan. Gereja-gereja Al-Masih pun tidak akan dapat berdiri tegak sebagaimana adanya saat ini.
Sebab itulah Injil Salib dan kebangkitan ini merupakan inti sari kesaksian Gereja, dan merupakan puncak Iman Kristen. Sebaliknya merupakan ‘duri dalam daging’ bagi golongan Islam yang seharusnya tidak perlu ada perasaan demikian. Dan karenanya selalu diusahakan mengadakan sanggahan-sanggahan, dengan mengajukan sangkalan-sangkalan dengan segala cara, agar kejadian yang ajaib ini, tidak tersebar luas, tidak dipercayai. Injil yang memberitakan Salib dan Kebangkitan ini dibantah, ditolak, agar tidak berkembang, dan matilah seluruhnya.
Karena itulah, pada kesempatan ini mari kita bahas bersama kenapa Injil Salib dan Kebangkitan ini menjadi puncak iman Kristen.
Kenapa Sayidina Isa mati di kayu Salib dengan cara sangat hina itu?
Kewafatan Sayidina Isa dikayu salib, memang merupakan suatu perbuatan kejahatan yang besar, dari orang-orang berdosa. Sebab itu, orang yang melakukan penyaliban itu ataupun penyebabnya, adalah merupakan suatu dosa kejahatan yang besar. (Yohanes 19:11).
Sayidina Isa Al-Masih di lahirkan, bukanlah untuk disalib, sebagaimana sering diungkapkan oleh saudara-saudara kita dari golongan Islam, melainkan adalah untuk menyelamatkan umat manusia, menyelamatkan dunia. (Yohanes 3:17). Penyaliban terjadi, adalah merupakan akibat atau korban aktivitas Da’wah Penyelamatan kepada umat manusia waktu itu, agar mau mendengar Firman Allah, yaitu Injil Keselamatan.
Peristiwa Salib dan ke-Sengsaraan Sayidina Isa, memang sudah demikianlah rencana Allah, bukan kehendak pribadi Sayidina Isa sebagai manusiawi. Hal sengsara Sayidina Isa ini telah dinubuatkan dalam Kitab Nabi Yesaya 53: 1-12. Dan Sayidina Isa sendiripun telah menginsyafi bahwa nubuatan itu akan tergenapi atasNya sebagai seorang Hamba Allah yang dimaksudkan oleh nubuatan itu. Begitupun akan hal kebangkitanNya (Hidup kembali) sesudah kematianNya itu, telah dinubuatkan oleh Raja Daud 1000 tahun sebelum Masehi, (Mazmur 16: 10). Nubuat ini telah digenapi (Matius 28: 5-6).
Mengenai peristiwa sengsara ini, Rasul Petrus di ilhamkan untuk mengatakannya demikian:
‘Sebab adalah kasih karunia, jika seseorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu haurs menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristupun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu supaya kamu mengikuti jejakNya.

Baginda tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita didalam tubuhNya di kayu Salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh’. (I Petrus 2: 19-24).
Disaat Sayidina Isa telah ditangkap oleh orang-orang Imam Besar Yahudi, karena pengkhianatan Yudas, seorang dari yang menyertai Sayidina Isa, melakukan kekeliruan untuk mengadakan perlawanan. Terhadap sikapnya ini, Sayidina Isa berkata:
‘Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binatsa oleh pedang. Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?’

Pada saat itu Sayidina Isa berkata kepada orang banyak:‘Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi’. (Matius 26: 52-55).

Pada kedua nats diatas dapatlah kita menyimpulkan bahwa:
  1. Kesengsaraan Sayidina Isa di Salibkan itu bukanlah disebabkan kesalah atau dosa-Nya, melainkan adalah karena Ia orang benar untuk menyelamatkan kita, saya dan saudara-saudara sekalian dari dosa kematian rohani yang dibawa oleh Adam
  2. Penyaliban Sayidina Isa merupakan perbuatan kejahatan besar yang dilakukan oleh orang-orang berdosa. Bagi orang yang melakukan atau yang menyuruh melakukan ’Salib’ atas Sayidina Isa itu, adalah merupakan suatu dosa dan kejahatan yang besar pula.
  3. Sayidina Isa tidak melakukan perlawanan, karena Dia telah mengetahhui bahwa memang demikianlah sudah dinubuatkan oleh para nabi-nabi terdahulu, dengan demikian sesuatunya telah digenapi Sayidina Isa dengan penyerahan yang penuh kepada Dia (Allah) yang menghakimi dengan adil.
Memang sepintas lalu kita akan berpikir secara manusiawi tidaklah mungkin terjadi demikian atas seorang Hamba Allah yang kekasih. Demikianlah kira-kira gagasan/pendapat dari orang-orang Islam, merasa tidaklah pantas bahkan tidaklah mungkin kalau Isa Almasih yang dalam kedudukkanya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah itu akan mengalami natsib kematiannya dikayu salib yang hina itu, yang disamakan hinanya dengan penyamun-penyamun besar.
Memang pemikiran secara manusiawi ini, bukanlah hanya terjadi pada masa sekarang ini saja, bahkan disaat Sayidina Isa di-salib-kan telah ada ejekan seperti apa yang tertulis dalam Injil Matius 27 : 39-44 berbunyi demikian :
Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata : ‘Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangukannya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!’ Demikian juga imam-imam Kepala bersama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata : ’Orang lain Ia selamatkan, tetapi diriNya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya. Ia menaruh harapanNya pada Allah : baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata : Aku adalah Anak Allah’. Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencelaNya demikian juga’.

Sangkalan golongan Islam terhadap peristiwa salib

Sebagai seorang Kristen pengikut Al-Masih, sebenarnya tidakalah perlu untuk mendengar atau memeriksa (menyelidiki.admin) sesuatu dari pihak luar terhadap Salib ini. Tetapi, agar kebenaran itu dapat dinyatakan, tidaklah juga layak sesuatunya itu tidak dilayani secara pantas. Kita berkewajiban memberi jawab, secara baik, lemah lembut yang dapat diterima oleh setiap orang yang mau berpikir secara wajar dan jujur, demi kebenaran.
Sebab itu, kalau dalam kesempatan ini, penulis membicarakan sangkalan pihak saudara-saudara kita yang ber-agama Islam, tidaklah sama sekali bermaksud memperkosa keyakinan mereka, melainkan untuk bersaksi secara wajar saja.
Baiklah.
Dalam salah satu Al-Quran yang menolak tentang peristiwa Salib atas Sayidina Isa ini terdapat dalam s.An Nisaa 4:157, 158, yang terjemahannya demikian:

‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih. ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangka belaka, mereka tidak yakin bahwa Allah telah mengangkat ‘Isa’ tetapi (yang sebenarnya Allah telah mengangkat ‘Isa kepadanya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam ayat Quran ini, ada dua hal yang tidak perlu kita bahas yaitu:

1. Memang telah terjadi penyaliban

Siapa yang disalibkan masih menimbulkan keragu-raguan. Segolongan masyarakat Islam mengatakan, bahwa yang disalibkan itu adalah bukan Sayidina Isa melainkan orang lain yang bernama Yahuza atau dengan kata lain dikatakan juga Yudas. Tetapi keterangan hal ini tidak pernah ada disebutkan dalam Al-Quran yang ada hanyalah penafsiran diluar otorita Al-Quran itu sendiri.

2. Orang yang disalib itu, memang telah mati terbunuh

Hanya mereka ragu, tentang siapa yang dibunuh itu. Mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa (Sayidina Isa).
Sekarang kita harus mencari keterangan yang menyakinkan siapa sebenarnya yang di salib dan mati itu. Untuk mendapat keterangan ini, kita haruslah memeriksa Alkitab, sambil membandingkan dengan keterangan-keterangan pihak lain, baik yang bersifat menyangkal, maupun yang memperkuat pembuktian ini. Satu hal yang harus dicatat, bahwa Iman Kristen, tidaklah ber-orintasi kepada keterangan Al-Quran tetapi ber-orentasi hanya kepada Alkitab saja. Kalau keterangan luar kita kemukakan disini, adalah semata-mata untuk membandingkan, apakah keterangan diluar Alkitab itu cukup beralasan ataukah tidak. Mari kita mulai memeriksa.

1. Bukti pertama

Cerita mengenai kematian Sayidina Isa, terdapat didalam ke-empat Injil (Matius 27: 35-38Markus 15: 25-28,Lukas 23: 33-38Yohanes 19: 18-24). Kesaksian dari ke-empat penulis Injil ini, adalah merupakan bukti sejarah yang nyata tentang kematian Sayidina Isa dikayu Salib itu.
Disamping dari ke-empat penulis Injil ini, masih terdapat banyak orang-orang lain yang menyaksikan peristiwa itu terjadi dengan mata kepala mereka sendiri. Kesaksian dengan mata kepala sendiri itu, adalah kesaksian yang sah dan dapat diterima, daripada kesaksian karangan yang bersifat dugaan-dugaan saja sesudah 6 abad kemudian, seperti apa yang tertulis dalam Al-Quran tersebut.

2. Bukti ke-dua

Dalam ayat Al-Quran itu sendiri dikatakan: ‘Sesungguhnya kami (orang-orang Yahudi) telah membunuh Al Masih, Isa Putra Maryam’.
Kalimat ini berisikan pemberitaan yang sungguh-sungguh, tidak diragukan, bahwa yang mereka salibkan (dibunuh mati) adalah Sayidina Isa, bukan orang lain. Hal ini sesuai dengan keteranganMatius 27: 16,17 yang waktu itu orang-orang Yahudi ditawari memilih: Sayidina Isa di Salib ataukah Barabas penjahat di penjara itu di bebaskan. Orang-orang Yahudi, memilih Sayidina Isa di Salib.

3. Bukti ke-tiga

Setelah Sayidina Isa telah dinyatakan mati (kesaksian kepala pasukan) maka Yusuf Arimatea datang kepada Pontius Pilatus untuk meminta mayat tersebut untuk dikuburkan. Permintaan itu dikabulkan (Markus 15:42-46).
Seandainya yang diturunkan dari salib itu bukan Sayidina Isa, pastilah Yusuf Arimatea menolaknya atau memberikan keterangan ketidak-benaran itu.

4. Bukti ke-empat

Orang-orang Yahudi meminta kepada Pontius Pilatus, agar kuburan dimana Sayidina Isa dikuburkan supaya dijaga. Permintaan ini dikabulkan. (Matius 27: 62-66).
Se-andai-nya yang dikuburkan itu adalah orang lain, bukan Sayidina Isa, tidaklah mungkin orang-orang Yahudi menjagai kuburan tersebut karena Sayidina Isa pernah mengatakan bahwa pada hari ke-tiga Ia akan bangkit (hidup) kembali.

5. Bukti ke-lima

Seandainya yang disalibkan itu bukanlah Sayidina Isa sendiri, tidaklah mungkin ia dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh ‘kasih’ sebagai aslinya tabiat Sayidina Isa yaitu: ‘Bapa, ampunilah mereka sebab tidak diketahuinya apa yang diperbuatnya’., dan kalimat ‘Sudah Genap’ (Telah Selesai). Ini bukti yang membuktikan bahwa yang di Salib dan Mati itu, tidaklah lain daripada Sayidina Isa Al-Masih itu sendiri.

6. Bukti ke-enam

Seandainya yang disalibkan dan mati itu bukan Sayidina Isa, tidaklah mungkin murid-murid Sayidina Isa berani berkhotbah di tengah-tengah bangsa Yahudi, sebagai kesaksian, bahwa yang disalib dan mati di kayu salib itu adalah Sayidina Isa dan telah bangkit (Hidup Kembali), dengan resiko yang sangat besar, yaitu akan dihukum mati oleh penguasa-penguasa Yahudi.
Dalam khotbah-nya Petrus mengatakan:
‘Hai, orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Sayidina Isa dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia ditengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu’.
Ini adalah khotbah Petrus disertai oleh sepuluh rasul lainnya di Yerusalem, pusatnya penguasa imam-imam Yahudi.
Dalam khotbatnya di Serambi Salomo, sekali lagi Petrus menegaskan:
‘ Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalahan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan HambaNya, yaitu Sayidina Isa yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolah Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, dan tentang hal itu kami adalah saksi’.

7. Bukti ke-tujuh

Dalam buku ‘Kepercayaan Orang-orang Kristen’ yang ditulis oleh Pendeta M.H. Finlay, beliau telah mengutip dari tokoh-tokoh sezaman dengan Sayidina Isa dan juga dengan para pengikut-pengikut Isa (as), seperti berikut :
TACITUS – seorang ahli sejarah bangsa Roma, dilahirkan tahun 56 TM, telah menyebutkan tentang penyaliban Sayidina Isa Al-Masih itu adalah nyata.
LUCIAN – seorang penulis bangsa Yunani, dilahirkan tahun 100 TM, mengakui penyaliban Sayidina Isa Al-Masih itu sebagai suatu kenyataan yang bersejarah.
CELSUS – seorang pengikut filsafat Epikuri, telah merujuk kepada ‘Sayidina Isa Yang Tersalib’.

Orang-orang Kristen tidak menuntut kesaksian orang-orang yang tidak beragama ini, tetapi kami menyebutnya sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa para ahli sejarah pada zaman itu tidak pernah membantah kebenaran dan keabsahan peristiwa Penyaliban Sayidina Isa (as) itu. (halaman 33)

8. Bukti ke-delapan

‘(Ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘ Hai ‘Isa’ sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu, diatas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.
Dalam ayat ini jelaslah bahwa Quran sendiri telah bersaksi bahwa Isa Almasih (Sayidina Isa Al-Masih) mengalami kematian wafat – meskipun tidak diakui di kayu salib, dan kemudian dibangkitkan (Hidup kembali) (- wara fi uka).
‘Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali’.
Dalam ayat ini merupakan kesaksian yang keluar dari mulut Isa Almasih (Sayidina Isa Al-Masih) itu sendiri, yang mengisyaratkan bahwa kematiannya telah dekat, serta pemberitaan akan kebangkitannya (Hidup kembali). Dengan kata ‘Ub asyu Hayya’ jelas sekali menunjukkan ‘hidup kembali dari kematian’, berbeda dengan makna kebangkitan pada hari kiamat. Hidup kembali tidak akan ada, kalau tidak ada terlebih dahulu ‘kematian yang real’.
Dari adanya banyak bukti-bukti yang meyakinkan ini, maka tanpa ragu kita dapat memastikan bahwa ‘orang yang disalibkan dan mati itu adalah Sayidina Isa’, bukan orang lain, bukan Yudas atau Yahuza. Sedangkan Yudas, tidaklah mati disalib, sebaliknya dia telah mati karena bunuh diri. (Kisah Rasul-rasul 1: 18)
Sebab itu keterangan Quran s.an Nisaa 4:157, 158, sama sekali tidak ada kekuatan untuk diterima kebenarannya.
Sangkalan Ahmadiyah, salah satu sekte-bidat-dalam agama Islam.
Dari golongan Ahmadiyah ini lain lagi teori penyangkalannya.
Kalau dari golongan Islam pada umumnya dengan berdasarkan Al-Quran menyangkal bahwa yang mati di Salib itu adalah Sayidina Isa, melainkan orang lain, yaitu Yahuza. Sedang golongan Ahmadiyah, membenarkan dengan yakin bahwa yang disalib itu memang Sayidina Isa, tetapi ia tidak mati, melainkan hanya pingsan saja.
Baiklah kita pelajari saja teori penyangkalannya ini, agar kita dapat bahas seperlunya. Sebagaimana sudah diterangkan terdahulu, bahwa pembahasan ini bukan berarti bahwa kita sudah kurang yakin akan kebenaran Alkitab. Bukan demikian. Malah kita ingin membuktikan kepada mereka, bahwa teori mereka inipun tidak dapat dipertahankan kebenarannya.
Alasan sangkalan mereka (Ahmadiyah) terkutip dalam Risalahnya ‘At Tajdidfil Islam’ jilid ke-III oleh S. Ali Yasir, sebagai berikut:

1. Alasan pertama :

‘Nabi Isa a.s. dipentang hanya beberapa jam saja (Markus 15:25Yohanes 19:14), padahal mati disalib itu makan waktu yang lama sekali’.
Dalam alasan mereka yang pertama ini, jelas sekali tidak ada sesuatu argumentasi yang dapat meyakinkan. Sangkalan mereka hanya didasarkan ‘duga-dugaan’ saja. Tentang lamanya kematian seseorang dalam kesengsaraan salib, sifatnya adalah relatif. Kematian Sayidina Isa di kayu salib dibuktikan atas kesaksian seorang kepala laskar (Markus 15: 44-45). Sebab itu alasan penyangkalan golongan Ahmadiyah ini sama sekali tidak mempunyai nilai kebenaran.

2. Alasan ke-dua:

‘Ketika rusuk Nabi Isa a.s., ditusuk oleh seorang laskar Romawi dengan tombak mengalirkan darah dan air (Yohanes 19: 34), darah dan air suatu bukti bahwa Nabi Isa a.s. belum mati’.
Untuk menjawab alasan penyangkalan mereka ini, baiklah kita dengarkan saja keterangan seorang ahli, yaitu dokter – tokoh yang termasyur karena menemukan penggunaan chloroform sebagai obat bius. Dokter itu, adalah Sir James Simpson dari Edinburgh, telah menulis suatu keterangan dimana ia menunjukkan bahwa dipandang sudut ilmiah, Sayidina Isa mati oleh karena apa yang dinamakan oleh para ahli kedokteran : ‘Desakan Darah Pada Jantung’. Bila seseorang meninggal dunia dalam keadaan seperti ini, lengannya direntangkan selebar-lebarnya serta keluarlah suatu teriakan dan dinding jantungnya pecah sehinggah darah mengalir kedalam kantung jantung (kantung yang membungkus jantung) dan menghalangi jantung untuk menguncup. Darah yang tinggal didalam kantung itu kemudian akan memisah menjadi serum (air darah) dan endapan (butir-butir darah merah) (Pdt. M.H. Finlay, Kepercayaan Orang Kristen, halaman 35).
Ini adalah keterangan dari segi Ilmu Pengetahuan Kedokteran yang sama sekali bebas dari pengaruh Agama. (baca juga disini)
Rasul Yohanes, bukanlah seorang ahli ilmu pengetahun kedokteran. Ia hanya menulis secara teliti apa yang ia telah lihat pada saat peristiwa penyaliban Yesus itu, mungkin tanpa ia sadarai bahwa apa yang ia tulis itu telah menjadi bahan penelitian setelah 20 abad kemudian, dan menjadi bukti ‘kebenaran’, juga Yohanes mengatakan : ’mengalir keluar darah dan air’. Dia tidak mengatakan ‘darah’ yang mengalir dari pembuluh-pembuluh darah sebagaimana layaknya orang masih hidup, melainkan ‘darah’ dan air dari lambungNya’ (kantung yang membungkus jantung). Sungguh, alasan sangkalan mereka, malah meyakinkan akan kebenaran Akitab.

3. Alasan ke-tiga

‘Nabi Isa a.s. tak dikubur seperti dua penjahat, melainkan dirawat oleh salah seorang muridnya yang setia, yang merawat dengan baik dan menguburkan beliau didalam kuburan batu yang luas, dan kubur itu hanya ditutup dengan batu (Markus 15:46), tiga hari kemudian tempat batu penutup itu sudah terbongkar (Markus 16:4). Hal ini tak akan terjadi jika Nabi Isa bangkit secara gaib’.
Alasan penyangkalan yang ketiga lebih tepat dikatakan ‘sangkaan’, dan bukan alasan.
Tidak ada sesuatu argumentasi yang menyakinkan kebenaran sangkalan atau sangkaan mereka. Untuk mencari kebenaran, tidak ada alasan untuk mengemukakan ‘sangkaan atau duga-dugaan’, tetapi yang dibutuhkan adalah argumentasi, pembuktian yang meyakinkan setiap orang. Alasan yang ke-tiga ini, tidak ada nilai kebenarannya sebagai sangkalan yang meyakinkan.

4. Alasan ke-empat

‘Tatkala Maryam Magdalena pada hari yang ketiga melihat Nabi Isa a.s. disangkanya seorang juru-taman (Yohanes 20: 15), hal ini menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s. menyamar sebagai juru taman’.
Ayat yang dikemukakan Ahmadiyah ini, bukanlah ‘alasan sangkalan bahwa Sayidina Isa itu hanya pingsan tidak mati’. Ayat tersebut, memang menunjukkan Sayidina Isa sudah hidup kembali dari kematiannya. Inilah penampakan Sayidina Isa yang pertama kami dari Kebangkitan yang sudah dikatakan terlebih dahulu sebelum masa sengsaranya dikayu Salib.
Jadi jelaslah pula, bahwa ayat ini tidak menjadi bukti sebagai alasan penyangkalan kematian Sayidina Isa, melainkan menjadi bukti dari kebangkitanNya diantara orang mati.

5. Alasan ke-lima

‘Murid-murid Nabi Isa a.s. melihat beliau dengan badan jasmani yang sama dan luka-luka beliau masih ada, sehingga Thomas dapat mencocokkan tanggannya kedalamnya. – – Lukas 24: 39, 40Yohanes 20: 27.
Samalah juga halnya dengan alasan yang ke-empat, ayat inipun, bukanlah ‘alasan sangkalan bahwa Sayidina Isa itu hanya pingsan tidak mati’. Ayat tersebut adalah menunjukkan bahwa Sayidina Isa telah bangkit hidup kembali dari kematiannya. Jadi jelaslah pula, bahwa alasan kelima inipun sebenarnya tidak bersentuhan pada sasaran yang mereka maksudkan.

6. Alasan ke-enam

‘Beliau masih merasa haus dan lapar dan makan’. – Lukas 24: 39-43Yohanes 21: 5-13.
Alasan ke-enam inipun tidak kena mengena untuk mendukung alasan mereka, bahwa ‘Sayidina Isa hanya pingsan, tidak mati’.Ayat yang di kemukakan diatas ini, adalah ayat kebangkitan Sayidina Isa dari kematiannya. Alasan ke-enam ini jelas tertolak.

7. Alasan ke-tujuh

‘Nabi Isa pergi ke Galilea dengan dua orang muridnya, sambil berjalan berdampingan (Matius 28:10). Hal ini menunjukkan bahwa beliau mengungsi untuk mencari keselamatan’.
Nats yang dikemukakan inipun, adalah nats Kebangkitan Sayidina Isa sesudah kematiannya. Sama sekali tidak tepat dengan penyangkalan atas kematiannya dikayu salib.

8. Alasan ke-delapan

‘Sebelum ditangkap ditaman Getsemani beliau berdoa sepanjang malam, supaya diselamatkan dari mati terkutuk pada kayu salib dan minta kepada murid-muridnya supaya berdoa baginya (Markus 14:36Matius 26: 39). Doa itu dikabulkan, sehingga perkara itu lebih terang lagi (Ibrani 5:7). Sebab doa orang dalam kesengsaraan itu dikabulkan, lebih-lebih doa hambaNya yang suci’.
Sayidina Isa berdoa, agar kehendak Allah itu jadi, bukan kehendaknya sebagai manusiawi. Dalam Ibrani 5:7, maut yang dimaksudkan adalah ‘kematian rohani’. Dikayu salib, Sayidina Isa membuktikan, bahwa Dia telah mengalahkan ‘maut’ ini, Dia tetap berserah menurut kehendak Allah, Bapa. Kehendak Allah itu, telah dinubuatkan oleh para Nabi-nabi Allah yang terdahulu, bahwa Al-Masih itu akan merasakan kesengsaraan. Bahkan penyaliban itupun telah dinubuatkan oleh Nabi Daud, 1000 tahun sebelumnya (Mazmur 22: 17). Kematian dan penguburannya, dinubuatkan juga oleh Nabi Yesaya 700 tahun sebelum Masehi (Yesaya 53:9).
Dengan penyerahan yang sempurna itulah, Sayidina Isa berkata di atas kayu salib ‘Sudah Genap’. Apa yang telah digariskan untuk dijalaniNya sebagai Hamba Allah yang terpilih, sudah digenapi.
Jadi alasan ke-delapan dari Ahmadiyah inipun, bukanlah menunjukkan bukti bahwa Sayidina Isa tidak mati di Salib, hanya pingsan – tidak kena sasarannya. Malah menunjukkan sebaliknya, bahwa ter-Salibnya Sayidina Isa dan mati, adalah merupakan penggenapan nubuat para nabi-nabi terdahulu. Sudah Genap. Telah Selesai.

9. Alasan ke-sembilan

‘Beliau sendiri telah meramalkan bahwa Anak manusia (Nabi Isa) akan ada didalam perut bumi tiga hari tiga malam lamanya (Matius 12: 38-40). Kalau beliau telah wafat diatas tiang salib, ramalan beliau pasti tak akan terjadi’.
Memang, jika yang mati itu adalah Mirza Ghulam Ahmad, pasti ramalan demikian tidak terjadi. Tetapi Sayidina Isa bukan seperti Mirza Ghulam Ahmad, dan kematiannya tidak takluk dibawah hukum manusiawi, mati tidak bangkit kembali. Sayidina Isa sebagai manusia Ilahiyat Dia mati bukan mati, tetapi mati untuk Hidup kembali.

10. Alasan ke-sepuluh

Ke-inginan yang keras dari golongan Ahmadiyah ini untuk menyangkal kematian Sayidina Isa dikayu salib itu, merasa perlu mengemukakan beberapa pendapat yang dikatakannya para ahli, sebagai berkut:
Dr. J.G. Bourne seorang ahli didalam mengenakan obat-obat (anaesthetist) The Sunday Times, 24 Januari 1965 (London) menulis tentang penyaliban dan bangkitnya Nabi Isa sebagai berikut:
‘Biasanya pembicaraan tentang kebangkitan itu berpangkal pada bukti-bukti dari sejarah (yang pada umumnya sekarang telah diakui kebenarannya) yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa tentang Sayidina Isa meragukan wafatnya yang terjadi itu dapat jadi dianggap bertentangan dengan paham resmi, akan tetapi ada alasannya maka orang beranggapan bahwa Sayidina Isa sesungguhnya pingsan pada kayu salib itu, dikira sudah wafat dan sadar kembali dari pingsannya setelah beberapa lama dalam keadaan pingsan:
Menjawab keterangan diatas, terlepas dari benar tidaknya ada tulisan tersebut dipublise – saya berprasangka demikian, karena saya tahu betul wataknya penyiaran Ahmadiyah-maka perlu ditegaskan bahwa dalam keterangan Dr.J.G. Bourne itu bukanlah merupakan ‘visum repertum’ (surat keterangan kelukaan atau kematian menurut ilmu kedoktoran) Dia hanya mengemukakan ….’biasanya‘ ………’meragukan’ ……’dianggap‘……. Semuanya menunjukkan tidak adanya kepastian. Apakah kesaksian seorang yang serba tidak pasti demikian, dapat dipercaya?
Alasan inipun, bukanlah suatu argumentasi yang bernilai meyakinkan.

- Dr.C.C.zP. Clark, pada tahun 1908 mengemukan pendapatnya dalam Medical Record, New York, bahwa mati surinya itu mungkin suatu kepingsanan’.
Keterangan Dr.C.C.P. Clark yang dikemukan oleh Ahmadiyah inipun sangat lemah. Dokter ini hanya mengatakan ‘mungkin suatu kepingsanan’. Menurut logikanya sendiri, sudah tentu |’mungkin pula benar-benar mati’.
- Prof. S. Weiss, seorang ahli pingsan bangsa Amerika, pada tahun 1935 berpendapat bahwa pingsan adalah kejadian yang biasa pada matinya korban-korban penyaliban dan diakui oleh ahli-ahli ilmu kedokteran dizaman sekarang’.
Keterangan Prof. S.Weiss, benar tetapi lucu. Sebab memang ‘pingsan adalah kejadian yang biasa dari kematiannya korban-korban penyaliban’. Lucu saya katakan, karena memang tidak ada ‘kematian itu’ mendahului dari ‘kepingsanan’. Sebelum seseorang itu mati, beberapa saat sebelumnya pastilah mengalami pingsan terlebih dahulu meskipun dalam waktu yang sangat pendek.
Alasan ini sama sekali, bukan menunjukkan ketidak benarannya kematian Sayidina Isadi kayu salib. Waktu Sayidina Isa diturunkan dari kayu salib memang sudah mati, dan sebelumnya entah beberapa saat sebelumnya tentu mengalami pingsan ….. baru mati.
Untuk membantah dari ketiga keterangan para ahli yang dikemukakan Ahmadiyah ini, kita harus kembali pada fakta sejarah. Memeriksa kesaksian-kesaksian yang melihatnya sendiri. Dokumen kesaksian ini setiap orang dapat memeriksanya. Dokumen ini terbuka untuk umum, yaitu ke-Empat Injil yang terdapat dalam Alkitab. Dari kesaksian-kesaksian yang telah dikemukakan diatas, tidak ada satupun yang mengatakan bahwa Sayidina Isa diturunkan dari kayu salib, dalam keadaan pingsan, melainkan sudah mati.
Kesaksian mereka lebih bernilai, dari pada kesaksian karangan dan duga-dugaan dari Ahmadiyah sesudah 20 abad kemudian dari peristiwa itu terjadi.

Kenapa Ahmadiyah begitu gigih menyangkal akan kematian dan kebangkitan Sayidina Isa Al-Masih?

Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Mirza Ghulam Ahmad, mendawahkan dirinya penerima wahyu sebagai Nabi, Mujaddid juga sebagai Almasih yang dijanjikan (Masih Mau-ud). Untuk mendapatkan kepercayaan supaya diakui pada dirinya, dia tidak segan-segan memberikan tafsiran Al-Quran jauh menyimpang dari yang sewajarnya, terutama yang menyangkut masalah Isa Almasih.
Dia berusaha dengan gigih menyiarkan kebohongan-kebohonganserta pendustaan-pendustaan yang dibuatnya sendiri. Kenapa? Hal ini dengan tegas ia menuliskan : ‘Buktikanlah kepada orang-orang Kristen itu, bahwa anak Maryam telah mati untuk selama-lamanya. Berdasarkan kemenangan yang kamu peroleh dengan argumen ini maka kamu akan sanggup menyapu bersih agama Kristen dari permukaan bumi. Pada hari kamu mengalami sukses dan bukti bahwa Al-Masih ini termasuk dalam rentetan orang-orang yang sudah mati dan pada hari kamu mencamkan kenyataan ini, dalam hati sanubari orang-orang Kristen itu, maka kamupun akan mengetahui, bahwa Agama Kristen itu telah terperdaya ‘exit-nya dari dunia ini’.
Selain itu mengenai ayat Quran Ali Imran 3:59, yang menerangkan bahwa Adam dan Isa sama-sama tidak ber-bapa pada umumnya telah dipergunakan oleh kaum Muslim untuk menolak ketuhanan Sayidina Isa. Tetapi ayat tersebut tidak bisa mencapai maksudnya, jika Sayidina Isa yang sesungguhnya dibandingkan dengan Adam dalam Bijbel, yaitu kelahirannya yang sama-sama tak berbapak. ‘Sayidina Isa dikandung oleh seorang wanita sebagaimana seorang wanita mengandung melalui perkawinan dengan seorang laki-laki’ (Terjemahan dari : Sayidina Isa in Heaven on Earth).
Pengaruh propaganda Ahmadiyah ini sama sekali tidak dapat menarik perhatian pihak Kristen, kecuali menjadi senjata tambahan bagi golongan Islam lain guna menyerang keKristenan.
Sudah banyak orang-orang Islam pada saat-saat puluhan tahun terakhir ini, orang sudah mulai membenci propaganda-propaganda permusuhan demikian. Malah banyak pemuda-pemuda yang mau berpikir wajar, menyelidiki kebenarannya secara obyektif. Dan …. Sebagaimana dikatakan oleh Drs. Hasbullah Bakry : ‘Kita melihat ratusan dan ribuan pemuda-pemuda yang mau berpikir wajar, menyelidiki kebenarannya secara obyektif. Ribuan pemuda-pemuda kita yang berasal keluarga Islam telah murtad meninggalkan agama Islam dan berpindah keagama Kristen … Dengan hati terharu kita melihat pecah dan retaknya beberapa keluarga-keluarga Islam karena sebagian anggotanya berpindah keagama Kristen, dimana persoalan tradisi kawin, penguburan dan warisan menjadi ruwet dan sengketa batin satu sama lain’. (Nabi Isa dalam Al-Quran enz. Halaman 171).

BANKIT DARI ANTARA ORANG MATI

IA Hidup kembali. Pada hari ketiga Sayidina Isa Al-Masih telah bangkit dari antara orang mati, secara real (nyata.admin), kebangkitan jasmani, yang sudah dipermuliakan (Filipi 3:21), yang dapat dilihat dan diraba seluruh tubuhnya.
Sayidina Isa tidak hanya dikatakan ‘Hidup Kembali’ dengan istilah Quran dikatakan ‘Ub asyu Hayya’, sekiranya Dia tidak mengalami ‘kematian’ (wafat) terlebih dahulu.
Sebab itu Kematian Sayidina Isa Al-Masih, sama sekali tidak ada artinya, jika tidak berkelanjutan dengan KebangkitanNya, Hidup Kembali diantara orang mati.
Andai kata Sayidina Isa itu mati untuk tidak berbangkit hidup kembali, untuk apa kita dibaptiskan atas nama orang mati.
Sekiranya Sayidina Isa mati abadi, untuk apa orang memandangNya sebaga Juruselamat. Dimana ada kemungkinan orang yang sudah mati itu dapat menjadi Juruselamat-Nya?
Hal ini ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam Surat I Korintus 15: 29-32:
‘Jika demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? Dan kami juga – mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya? Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Al-Masih Sayidina Isa, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’. (I Korintus 15: 29-32).
Inti sari kesaksian Gereja sedunia ini, adalah kesaksian atas ‘Kematian Sayidina Isa dikayu Salib dan Kebangkitannya dari antara orang mati’. Ia tidak akan mati lagi, melainkan Hidup sampai selama-lamanya pada kesudahan alam.
Seandainya Sayidina Isa Al-Masih tidak bangkit, tidak Hidup Kembali, maka Injil Matius, Lukas, Markus dan Yohanes, pastilah tidak ada, dan memang tidak ada keperluannya untuk ditulis. Kesaksian murid-murid Sayidina Isapun hanyalah merupakan kesaksian omong kosong. Jika agama Kristen dapat berdiri sampai sekarang – tanpa kesaksian Kebangkita Sayidina Isa – pastilah hanya merupakan Agama yang tidak mempunyai suatu pengharapan.
Tetapi, kita sekarang ber-Agama dengan penuh pengharapan. Kita mempunyai Juruselamat yang Hidup. Memiliki Iman yang berdasarkan Kasih. Kita sudah menjadi waris penerima janji-janji Allah bersama dengan Al-Masih, menderita bersama, juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. (Roma 8: 17).
Karena itu adalah sah bagi kita, sebagai pengikut Al-Masih, untuk ikut dibangkitkan dari segala jenis kematian kita.
Kita akan dibangkitkan dari kematian bahagia rumah tangga.
Kita akan dibangkitkan dari kematian rezeki nafkah hidup.
Kita akan dibangkitkan dari kematian hati yang kacau dan bebal
Kita akan dibangkitkan dari kematian iman yang sudah suam
Kita akan dibangkitkan dari kematian Kasih.
Kita akan dibangkitkan dari kematian segala rupa hal yang mencengkram jiwa, dari segala kekuatiran, dari segala penderitaan hidup, segala penderitaan penyakit dan lain-lain.
Allah sudah menjanjikan, bahwa: ‘Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup dihadapanNya’

Asalkan saja:
Mari kita berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Marilah kita mengenai dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar; Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi – membuat jadi subur’.(Hosea 6: 1 & 3).


Tidak ada alasan bagi kita untuk ragu

Setiap orang diberi keyakinan dan kepastian tentang janji keselamatan itu. Ia telah menjanjikan kelepasan dari dosa dan kematian rohani, kekuatiran yang mencengkram jiwa menjadi kelegaan dan kebahagiaan. Suatu harapan yang sangat baik, dan tidak perlu orang sangsi, dan merasa ragu.
Satu hal yang sangat penting dicatat dan di insyafi bahwa berkat-berkat keselamatan itu tidaklah akan datang kepada seseorang melainkan dengan melalui Sayidina Isa Al-Masih.
Inilah sebabnya Rasul Petrus telah di ilhamkan oleh Roh Kudus untuk mengatakan tentang Sayidina Isa Al-Masih itu demikian :
‘Dan keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain di dalam Dia (Sayidina Isa Al-Masih), sebab dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan’. (Kis. 4:12).
Sebagaimana halnya Injil Salib, begitupun juga terhadap Injil Kebangkitan ini, terdapat penyangkalan-penyangkalan, sejak awal hingga sampai pada saat kita sekarang ini.
Sebagaimana juga halnya penyangkalan mereka terhadap Injil perihal kematian Sayidina Isa dikayu salib, begitupun juga terhadap, penyangkalan Injil Kebangkitan ini, haruslah kita berikan jawab yang layak.
Sumber pemberi jawab yang utama, tidaklah lain daripada Alkitab, terutama dari keempat Injil. Karena dari sinilah suatu kesaksian yang menyakinkan, kesaksian yang berdasarkan sejarah, kesaksian mata, dalam kebenaran.
Mari kita periksa dokumentasi kesaksian ini satu demi satu. Ada sejumlah 11 kali Sayidina Isa yang sudah bangkit dari kematianNya itu, telah menampakkan DiriNya dalam waktu 40 hari dari KebangkitanNya sampai dengan KenaikanNya ke Sorga.

1. Sayidina Isa menampakkan DiriNya kepada Maria Magdalena

Pertama kali dari KebangkitanNya, Sayidina Isa menampakkan DiriNya kepada Maria Magdalena, yaitu seorang perempuan yang pernah disembuhkan Sayidina Isa dari kerasukan 7 setan. Magdalena, yang tadinya sudah lupa akan janji Tuhan-nya telah bangkit dengan penuh harap, dan pergi memberitakan kesaksiannya ini kepada murid-murid Sayidina Isa.

2. Sayidina Isa menampakkan DiriNya pada perempuan lain

Pada hari pertama kebangkitan itu, selain Sayidina Isa menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena, tetapi juga kepada perempuan-perempuan lain. Menurut Lukas yang ikut serta Magdalena, adalah Yohana, Maria Yakobus.

3. Sayidina Isa menampakkan DiriNya pada Kleopas dan kawan- kawan di jalan Emaus.

Untuk yang ketiga kalinya Sayidina Isa menampakkan DiriNya kepada 2 orang muridnya di jalanan menuju Emaus, kira-kira 7 mil dari Yerusalem. Kedua muridNya ini sedang patah hati, karena yang mereka harapkan dari Sayidina Isa, nampaknya telah gagal. Memang mereka sudah mendengar kabar Sayidina Isa telah bangkit, tetapi mereka sendiri agak tawar menerimanya, karena mereka sendiripun belum pernah melihatnya. Sebelum mereka mengenal Sayidina Isa sewaktu bertemu, Sayidina Isa menerangkan tentang Alkitab, perjanjian Allah akan kebangkitan Sang Mesias itu. Ketika mereka mengenal bahwa yang bercakap-cakap itu adalah Sayidina Isa sendiri, maka Sayidina Isapun hilanglah dari pandangan mata mereka.

4. Sayidina Isa menampakkan Dirinya kepada Simon Petrus

Kedua murid Sayidina Isa telah bertemu denganNya di jalanan Emaus itu, kembali ke Yerusalem, dan langsung menemui murid-murid Sayidina Isa lainnya. Mereka sedang berkumpul bersama-sama. Kata mereka : ‘Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diriNya kepada Simon’. Lalu kedua orang itupun menceritakan juga pengalamannya di jalanan menuju Emaus, dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-memecahkan roti.

5. Sayidina Isa menampakkan Dirinya kepada semua murid-muridnya, kecuali Thomas, karena tidak hadir.

Dalam suatu ruangan khusus yang terkunci, murid-murid Sayidina Isa, kecuali Thomas tidak hadir, sedang berbincang tentang Kebangkitan Sayidina Isa. Tiba-tiba Sayidina Isa telah berdiri ditengah-tengah mereka, dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu’. (‘assalammualaikum’) Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Bagindaberkata kepada mereka : ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan didalam hatimu? Lihatlah tanganKu dan kakiKu, Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu’.
Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka :’Adakah padamu makanan disini? Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya didepan mata mereka. Ia berkata kepada mereka :‘Inilah kata-kataKu, yang telah Kukatakan padamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur (Zabur)’. Katanya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Al-Masih itu harus wafat dan hidup kembail, dan dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semua ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat yang tinggi’.

6Sayidina Isa menampakkan Dirinya yang ke-6 kalinya dihadapan 11 murid-muridNya. (kini termasuk Tomas).

Untuk yang keenam kalinya, Sayidina Isa Al-Masih (as) telahmenampakkan Dirinya kepada 11 orang murid-muridnya, kini termasuk Tomas. Sebelumnya waktu Tomas mendapat kabar bahwa murid-murid Sayidina Isa lainnya sudah juga melihat Sayidina Isa yang sudah bangkit dari maut itu, Tomas sendiri masih belum percaya, selagi dia belum melihatkannya sendiri! Tomas waktu itu berkata : ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya’. - Yohanes 20:25.
Delapan hari kemudian murid-murid Isa(as) berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Sayidina Isa telah datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata : ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah’. Tomas menjawab Dia : ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’ Kata Isa(as) kepadanya : ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya’.

7. Sayidina Isa menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias.


‘Kemudian Isa(as) menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka : ‘Aku pergi menangkap ikan’. Kata mereka kepadanya: ‘Kami pergi juga dengan engkau’. Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Isa(as) berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Isa(as). Kata Isa(as) kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada’. Maka kata Isa(as) kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh’. Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Isa(as) itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan’. Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Isa(as) kepada mereka : ‘Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu’. Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar : seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Isa(as) kepada mereka : ‘Marilah dan bersarapanlah’. Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: ‘Siapakah Engkau?’ Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Isa(as) maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu’.

8. Sayidina Isa menampakkan diri-Nya kepada umum untuk disaksikan oleh lebih dari 500 orang.

Penampakan Sayidina Isa yang ke-delapan kalinya sesudah Kebangkitan-Nya di hadapan muka umum dan didepan khalayak ramai, dapat dilihat dan disaksikan oleh lebih daripada 500 orang, adalah merupakan pukulan atas mereka yang tidak percaya atau masih ingin menyangkal kebenaran akan kebangkitan-Nya sesudah mengalami masa kematian-Nya selama 3 hari 3 malam dalam kubur. Kalau kita berpijak pada ketentuan hukum, bahwa kesaksian dua atau 3 orang sudah cukup sesuatu diteguhkan secara hukum (Taurat: Ulangan 17:6,7) apalagi dihadapan saksi mata sebanyak lebih dari 500 orang sekaligus.

9. Sayidina Isa menampakkan dirinya kepada Yakobus.

Untuk yang kesembilan kalinya Sayidina Isa menampakkan Dirinya kepada Yakobus. Penampakan Sayidina Isa secara pribadi ini, tidak disebutkan secara terperinci dalam Alkitab, dimana dan peristiwa apa. Tetapi bagi kita, bukanlah itu yang terpenting melainkan bahwa kebangkitan Sayidina Isa bukanlah hanya merupakan angan-angan atau khayalan, melainkan kenyataan bahwa orang-orang pada saat itu dapat melihatNya secara nyata. Sebab itu, sekiranya ada penyangkalan sesudah 20 abad kemudian, sama sekali tidak ada alasan bagi kita untuk percaya. Malah dapatlah kita pastikan bahwa itulah kebohongan tidak kepalang tanggung.

10. Sayidina Isa kembali menampakkan diriNya kepada 11 murid-muridNya di Galilea, dengan satu Amanat Agung, yang harus kita turut melaksanakannya

Penampakan yang ke-sepuluh kalinya kepada 11 orang murid-muridNya ditandai dengan suatu Amanat Agung. Peristiwanya diceritakan demikian. Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Sayidina Isa kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Sayidina Isa mendekati mereka dan berkata: KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’.
Banyak diantara Gereja-gereja, sangat sibuk mengadakan persiapan-persiapan untuk mengadakan peringatan Paskah memperingati Kebangkitan ini. Ini tidak salah. Tetapi terhadap Amanat Agung, ini hendaknya semua Gereja lebih bekerja keras lagi, sepanjang tahun …………. Ya sepanjang tahun untuk mensukseskan Amanat Agung ini, memberitakan Injil Keselamatan.

11. Sayidina Isa menampakkan Dirinya terakhir kali kepada ke-11 murid-muridnya didekat Betania

Penampakkan yang ke-11 kali, sebagai penampakkan yang terakhir sebelum kenaikan Baginda ke Sorga kepada ke-11 orang murid-muridNya, terjadi di Bukit Zaitun, suatu tempat yang memang bersejarah bagi semua para hawariyun Sayidina Isa Al-Masih.

Untuk peristiwa ke-11 kali, sebagai penampakkan yang terakhir sebelum kenaikkan kesaksiannya sebagai berikut:
‘Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Sayidina Isa, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintahNya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilihNya. Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang – demikian kataNya – ‘telah kamu dengar daripadaKu. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus’.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ‘Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’ JawabNya:’Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasanya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi’.
Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupiNya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka:’Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat kelangit? Sayidina Isa ini, yang terangkat ke Sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke Sorga’. (Kis. 1:11-11).
Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada didalam Bait Allah dan memuliakan Allah.
Penyangkalan terhadap Injil Kebangkitan.
Sebagaimana juga halnya dengan penyangkalan terhadap Injil Salib, maka terhadap Injil Kebangkitan inipun memang tidaklah sunyi. Penyangkalan itu tidaklah hanya terjadi pada masa sekarang ini saja, tetapi memang juga telah terjadi sejak awal.
Memang Injil Kebangkitan ini sangatlah erat hubungannya dengan Injil salib. Seandainya Kebangkitan ini tidak ada, maka iman Kristen adalah merupakan iman yang kosong, iman yang tidak ada landasannya sama sekali. Kesaksian murid-murid Sayidina Isapun, hanyalah merupakan kesaksian khayalan belaka.
Sebab itulah oleh seluruh gereja di dunia, Injil salib dan Kebangkitan ini adalah merupakan inti sari, pusat kepercayaan dan pusat iman Kristen. Sebab itu, tidaklah heran jika pihak-pihak kedajjalan berusaha sedemikian rupa agar kepercayaan akan adanya Kebangkitan ini harus di tekan, harus digoyahkan, sampai tidak mempunyai sesuatu kekuatan lagi, dan tercabut habis. Dengan demikian maka habislah pula riwayatnya pertumbuhan Agama Kristen, dimuka bumi ini, sebagaimana sudah diangan-angankan olah pendiri kelompok Ahmadiya, Mirza Ghulam Ahmad.
Penyangkalan terhadap Kebangkitan ini memang terjadi dalam pelbagai cara, tetapi tidak ada satupun yang membahas secara langsung pada Kebenaran kesaksian mata yang dikemukakan oleh penulis-penulis Injil itu, dengan mengemukakan suatu argumentasi yang cukup meyakinkan.

Teori pencurian mayat

Sebelum Kebangkitan ini terjadi, pihak Iman-imam Yahudi, telah bersiap-siap untuk mencegah tergenapinya janji Sayidina Isa bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga.
Untuk itulah maka diperintahkan laskar-laskar Penguasa Yahudi untuk menjaga kubur dimana Sayidina Isa dikuburkan.
Waktu dini hari pada hari pertama dalam minggu ini, sekonyong-konyong terjadilah gempa bumi yang hebat. Salah satu Malaikat Allah yang berpakaian serba putih seperti salju telah diperintahkan oleh Allah Bapa untuk menggeser atau membuka batu besar penutup kubur dimanan Tuhan Sayidina Isa itu telah dikuburkan. Maka serdadu-serdadu tentara Roma yang diperintahkan menjaga kubur tersebut berada dalam ketakutan yang amat sangat, lalu pergi berlari meninggalkan kubur tersebut.
Dalam pada itu Allah Bapa dengan kuasaNya tetap menghidupkan Sayidina Isa Al-Masih Putera-Nya dari dalam kematian maut itu. Tubuh yang tadinya sudah terkapar dengan penuh noda luka-luka, telah bergerak dan bangkit meninggalkan kubur itu pergi ke Galilea. Kuburnya sekarang sudah dalam keadaan kosong. Malaikat Tuhan memberikan penjelasan kepada Maryam Magdalena dan Maryam lainnya, bahwa Sayidina Isa Al-Masih telah bangkit, sesuai dengan apa yang pernah Ia ucapkan, dan sekarang Ia telah pergi. Malaikat Tuhan berpesan supaya kedua wanita itu mengabarkan peristiwa tersebut kepada murid-muridnya, bahwa Dia telah bangkit dari antara orang mati dan sedang menuju Galilea, disana kelak akan bertemu dengan murid-muridNya.
Para petugas melaporkan kejadian itu kepada pemimpin-pemimpin Yahudi yang bertanggung jawab atas hukuman mati disalibkannya diri Sayidina Isa Al-Masih. Laporan ini menyebabkan para pemimpin bangsa Yahudi menjadi kebingungan. Maka berhimpunlah mereka kepala-kepala Imam itu dengan tetua-tetua untuk mencari pemecahan segala sesuatu yang sudah terjadi ini. Karena jika berita Kebangkitan ini meluas, mau tidak mau pasti akan memberi pengaruh yang besar pada khalayak umum, bahwa tuduhan mereka kepadanya adalah merupakan suatu dusta dan palsu adanya. Dan hukuman yang telah dijatuhkan itupun akan menjadi suatu penilaian yang berbesa, yaitu menjadi suatu pembunuhan atas orang yang tidak mestinya dilakukan. Keputusan mereka pasti dipandang suatu kesalahan besar.
Oleh sebab itulah mereka berusaha dengan segala cara agar kejadian yang ajaib ini tidak tersebar luar, dan jika tersiar juga dapat dibendung agar tidak dipercayai.
Adapun jalan keluar untuk masalah tersebut adalah dengan memberikan sogokan kepada laskar penjaga kubur berupa uang yang banyak.
Oleh para Imam seperti diceritakan oleh Injil Matius 28: 11-15, telah membujuk dan mengajari laskar-laskar tersebut demikian: ‘Kamu harus mengatakan bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh Walikota negeri, kami akan berbicara dengan dia sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa’. Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini’.
Penyangkalan Kebangkitan Sayidina Isa dengan teori pencurian mayat ini, sama sekali tidak berkembang dan tidak berpengaruh. Sebab itu pihak Yahudi sendiri sudah tidak ada usaha untuk meneruskan teori tersebut. Begitupun juga pihak antikrist lainnya sama sekali tidak ada yang mengambil alih teori ini

Tidak ada sangkalan pihak Islam yang wajar

Kalau mengenai peristiwa bahwa Sayidina Isa telah di Salib dan mati, pada umumnya pihak golongan Islam akan menyangkalnya dengan mengemukakan nats Al-Quran s.An Nisaa 4:157, tetapi mengenai Kebangkitannya mereka tidak menyangkal meskipun mereka tidak mempercayai kebangkitan seperti itu. Mengenai kebangkitan ini Quran s.Maryam 19:33 menerangkan demikian: ‘Dan sejahtera semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali’. Kalimat ini adalah merupakan ucapan Sayidina Isa (as.).
Dengan kata ‘Ub asyu hayya’ jelas sekali menunjukkan ‘hidup kembali dari kematian (dalam ayat itu dikatakan ‘amutu’, asal dari kata ‘maut’, yang berarti ‘mati’), berbeda dengan pengertian kebangkitan pada akhir zaman, (misal Quran s.Al A raf 7:25).
Berbeda dengan penyangkalan sekte Ahmadiyah. Golongan ini sama sekali tidak menyangkal yang disalibkan itu adalah memang benar-benar Sayidina Isa Al-Masih (Isa Almasih), tetapi beliau tidak mati melainkan hanya pingsan saja. Kemudian mengembara ke Kashmir, dan meninggal dunia disana dalam usia 120 tahun. Jadi dari golongan ini mengenai Kebangkitan menurut Alkitab, sama sekali bungkam, tidak ada komentar, tidak ada sangkalan. Mereka memandang Isa Almasih adalah hanya manusia biasa, tidak ada keajaiban mukjizat itu. Berita mukjizat mereka pandang, hanyalah dogeng saja.
Jadi tidak ada yang perlu kita bahas mengenai penyangkalan golongan lain, terutama Islam (termasuk juga sekte Ahmadiya), karena memang mereka tidak menyangkalnya.
Meskipun demikian, agaknya dirasa perlu juga kita menanggapi penyiaran golongan sekte Ahmadiyah, mengenai kehidupan dan pengembaraan Sayidina Isa di Kahmir itu, agar kebenarannya dapat dinyatakan.
Dalam bukunya ‘At Tajdid fil Islam’ jilid III, halaman 54 mengenai pengembaraannya di Kashmir itu, dikatakannya bahwa ‘para ahli sejarah juga memberikan kesaksiannya, antara lain dikemukan nama-nama: Pandit Sri Jawarhalal Nehru, H. Spencer Lewis, Muflah Nadiri, Abu Jafar Muhammad Ibnu Jarir.
Selain apa yang dikatakan ‘Para ahli sejarah ini’, memang tidak merupakan saksi mata (eye witness), bahkan juga dalam tulisan mereka tidak menyebutkan sumber keyakinan mereka itu, yang dari sumber mana memang menyaksikan sendiri. Mereka hanya mengatakan ‘masih ada kepercayaan yang kuat bahwa Isa pernah mengunjungi India’ (P.S.J. Nehru).
Oleh karenanya dapat kita simpulkan bahwa keterangan mereka bukan saja tidak bernilai kesaksian, melainkan hanya dugaan-dugaan, sangkaan-sangkaan, malah lebih tepat merupakan ‘kesaksian dusta’ yang tidak tanggung-tanggung.
Saya dengan senang hati mengutip tulisan-tulisan mereka selengkapnya, andaikata tulisannya bersifat argumentis dan merupakan fakta yang dapat dirasakan oleh para pembaca. Tetapi sayangnya tulisan mereka hanya bersifat ‘diperkirakan, diduga, mungkin’, hanya sebatas itu saja. Malah baiklah kita undang mereka untuk meneliti sejarah dari kesaksian mata yang ditulis dalam Injil. Bantahlah dengan fakta, tetapi jangan dibantah dengan dusta. Silahkan. Terima kasih.
KESIMPULAN

Mengenai Injil Salib dan Kebangkitan ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kedurhakaan kaum Yahudi melakukan penyaliban atas diriSayidina Isa Al-Masih, serta Kebangkitan sesudah mengalami kematianNya, dan dikuburkan dan Hidup kembali, adalah suatu fakta historis, suatu kejadian yang berlangsung dengan sesungguhnya, dihadapan saksi-mata ratusan mungkin ribuan manusia di zaman dan di waktuitu.

2. Dokumentasi kesaksian-mata ini terbuka untuk umum, dapat dibaca, diteliti dan dipertimbangkan. Dokumentasi ini tidaklah lain daripada ALKITAB. Diakui, memang dari pihak lain/non Kristen berusaha untuk menyangkalnya, namun sampai saat ini tidak ada satupun Argumentasi kesaksian lain sebagai penyangkal yang cukup mempunyai nilai kebenaran.

3. Karena kejadian Salib dan Kebangkitan Sayidina Isa itu adalah merupakan Kejadian Sejarah dengan kesaksian yang meyakinkan, maka tertolaklah sebagian golongan yang hendak menggolongkan kejadian itu hanya sebagai dongeng dan hanya sebagai mitos belaka. Bukan tahyul, juga bukan hanya perlambang, ini adalah fakta, kejadian nyata satu peristiwa sejarah dan yang cukup bersejarahyang benar-benar telah terjadi lebih daripada 2000 tahun yang lalu!

  1. Satu Amanat Agung yang diberikan oleh Sayidina Isa sesaat sebelum meninggalkan dunia ini dan naik ke Sorga adalah :‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’.
Amanat Agung ini hendaknya menjadi penggugah semangat bagi setiap Gereja, bahkan setiap orang Kristen pengikut Al-Masih, untuk lebih aktif dan giat bersaksi kepada hakikat Salib serta Kebangkitan Isa Al-Masih ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...