Oleh: Awis
Pendahuluan
Pendahuluan
RIWAYAT NEHEMIA
Dalam naskah-naskah bahasa Ibrani paling awal Kitab Nehemia adalah kelanjutan dari Kitab Ezra. Kitab ini memiliki gaya biografi diri yang menunjukkan kemungkinan bahwa
Nehemia adalah penulisnya. Kitab ini mencakup sejarah orang-orang Yahudi dari kira-kira tahun 446 sampai tahun 405 S.M. - periode terakhir dari kitab-kitab sejarah dalam Perjanjian Lama. Nehemia adalah orang Yahudi yang memegang kedudukan yang dipercaya sebagai “juruminuman raja” bagi Artahsasta, raja Persia, yang bererti dia melindungi makanan dan minuman raja dari semua jenis pencemaran.[1] Juruminuman raja juga adalah jabatan terhormat dan mendapat kepercayaan raja, jabatan yang amat besar kekuasaannya.[2] Artahsasta mengizinkan dia pergi ke Yerusalem dan membina kembali tembok kota (Nehemia 2:1–6:15). Dia melayani sebagai bupati (pemangku raja) di Yerusalem selama 12 tahun, kemudian kembali ke Babel, di mana dia menetap di sana selama beberapa waktu sebelum kembali ke Yerusalem untuk kedua kalinya (Nehemia 5:14–15; 13:6; 13:7–31). Nehemia memperlihatkan tingkat pengabdian dan keberanian yang tertinggi dalam hal-hal yang praktis mengenai pembangunan tembok-tembok Yerusalem dan dalam hal-hal rohani mengenai pembangunan kehidupan keagamaan masyarakatnya.[3]
Nehemia adalah salah seorang pemimpin yang menginsipirasikan dalam Alkitab. Kadangkala kaedah-kaedahnya seperti tidak masuk akal, namun kaedah tersebut digunakan oleh Tuhan untuk menghasilkan reformasi dalam kehidupan bangsa Israel dalam waktu yang singkat. Analisa atas keperibadian dan kaedah-kaedahnya mengungkapkan bahwa kaedah yang dipakainya efektif hanya kerana kualiti karakternya sendiri.
Nehemia seorang yang tekun berdoa di mana hal tersebut menunjukkan kerendahan hati. Nehemia juga seorang yang memiliki keberanian dalam menghadapi bahaya, peduli dan bertanggung jawab kepada kesejahteraan orang lain, memiliki visi, dan dapat mengambil keputusan dengan jelas serta seorang yang realis.
Nehemia seorang yang tekun berdoa di mana hal tersebut menunjukkan kerendahan hati. Nehemia juga seorang yang memiliki keberanian dalam menghadapi bahaya, peduli dan bertanggung jawab kepada kesejahteraan orang lain, memiliki visi, dan dapat mengambil keputusan dengan jelas serta seorang yang realis.
Dalam kitab Nehemia, tercatat beberapa kemahiran atau kecekapannya sebagai seorang pemimpin yang berintegriti. Tiga kecekapan atau kemahirannya yang menonjol adalah:-
- Juruminum raja/Pembuat minuman raja (1:1-2:10)
- Pembina dinding tembok kota Yerusalem (2:11-6:19)
- Seorang gabenor Yehuda (fasal 7-13)[4]
INTEGRITI
Nehemia adalah orang yang tekun berdoa. Bagi Nehemia, doa merupakan bahagian sehari-hari dari hidup dan bekerja. Doa adalah reaksi pertamanya bilamana mendengar kesulitan bangsa Israel yang tersisi di Yerusalem. Nehemia juga bukan orang asing di takhta kasih kurnia (Nehemia 1:4, 6; 2:4, 9; 5:19; 6:14, 22, 29). [5]
Nehemia adalah orang yang tekun berdoa. Bagi Nehemia, doa merupakan bahagian sehari-hari dari hidup dan bekerja. Doa adalah reaksi pertamanya bilamana mendengar kesulitan bangsa Israel yang tersisi di Yerusalem. Nehemia juga bukan orang asing di takhta kasih kurnia (Nehemia 1:4, 6; 2:4, 9; 5:19; 6:14, 22, 29). [5]
Seorang pemimpin Kristian yang efektif haruslah seorang yang sudah lahir baru dalam Kristus, yang bersih dalam hal moral, dan menjaga kebenaran menurut tuntutan Tuhan. [6] Kristus datang ke dunia ini untuk membawa manusia dari kegelapan menuju terang. Kegelapan telah melingkupi watak dan karakter manusia kerana Iblis yang senentiasa berusaha terus untuk merosakkan moral manusia. Tidak menghairankan jika ternyata pada abad sekarang ini sudah terlalu banyak para pemimpin Kristian ataupun orang bukan Kristian yang menyakiti hati rakyatnya dengan tidak menghiraukan lagi tentang keadilan dan kesejahteraan. Salah satu sifat penting dari kepemimpinan Kristian yang efektif adalah kemampuan untuk menyesuaikan bentuk keperibadian seseorang dengan situasi tertentu.[7]Karakter dan moral yang beransur rosak harus dipulihkan melalui persekutuan dengan Tuhan Yesus supaya kembali bersih dan dilayakkan untuk menjadi seorang pemimpin masyarakat.
Karakter kepemimpinan Kristen adalah kesaksian dan pelayanan yang digerakkan oleh belas kasihan Allah. Dengan sendirinya menuntut kerendahan hati, bersedia untuk berkorban, mengosongkan diri, menyangkal diri sendiri dan begitu rela mengutamakan kepentingan orang lain.[8]
Nehemia adalah seorang yang berpegang pada kenyataan. Dia tahu dan sedar bahawa banyak tentangan yang akan dihadapinya semasa dia memimpin pembinaan kembali tembok Yerusalem (4:1-3). Nehemia merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah dan meminta pertolongan. (4:4-5). Seorang pemimpin pasti akan berhadapan dengan orang-orang yang menentang usul untuk menciptakan sesuatu yang berbeza. Konflik muncul ketika pemimpin harus membuat suatu pilihan. [9] Konflik dan tentang juga akan muncul ketika seseorang membuat sesuatu perkara baru yang akan mendatangkan kebaikan bersama, kerana pasti ada kelompok atau peribadi yang akan merasa dengki dan tidak senang melihat orang melakukan lebih daripada apa yang dia akan dan telah lakukan.
Nehemia memiliki nilai khas dalam dirinya. Dia mengambil berat terhadap perkara orang lain. Keprihatinannya yang tulus pada kesejahteraan orang lain sangat nyata sampai musuh-musuhnya pun melihatnya (2:10). Ia mengekspresikan keprihatinannya dalam berpuasa, berdoa, dan airmata (1:4-6). Nehemia mengidentifikasikan dirinya dengan bangsanya dalam penderitaan dan dosa-dosa mereka (1:6). Apabila menyedari dan memahi hal ini, kita sebagai orang-orang percaya seharusnya demikian dan menjadikan peribadi Nehemia sebagai sumber inspirasi untuk menjadi pemimpin yang benar-benar dipakai Tuhan dengan luar biasa untuk masa-masa akhir ini.
Nehemia memiliki pandangan jauh ke hadapan, ia tahu dan menyedari bahawa tentangan dari orang-orang tertentu pasti akan muncul, jadi ia meminta surat-surat dari raja agar perjalanannya baik dan ia mendapat sumber-sumber untuk menyelesaiakan tugas itu,“memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota”(2:8). Ia begitu cermat merencanakan perancangan atau strateginya. Nehemia mengungkapkan visinya dengan istilah yang sederhana mungkin. Sasaran bangsa itu adalah membangun/membina kembali tembok Yerusalem.[10]
Setiap bakal pemimpin seharusnya memiliki satu visi. Visi menentukan seseorang pemimpin mengetahui sasarannya dan tujuannya. Visi berhubungkait dengan menciptakan sesuatu yang baru, tidak menghiraukan hal-hal yang telah berlalu, tetapi membina fondasi pada hal-hal yang telah berlalu dan hal-hal masa kini, muncul dengan realiti yang lebih baik, daripada realiti yang ada sekarang. Bila diujudkan secara penuh, visi membawa kita lebih dekat kepada cita-cita kita. [11] Visi memerlukan suatu tindakan nyata. Pemimpin luar biasa bangun pada pagi hari dengan sebuah rencana dan melakukan tindakannya. Mereka tidak memerlukan suatu kebenaran bertulis atau secara lisan untuk melakukannya. Kepemimpinan adalah memproduksi hasil.[12] Visi kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat serta memahami keinginan suci yang ditulis oleh Allah di dalam batinya bagi organisasi serta kepemimpinannya. Dalam visi itu ada kehendak Allah yang khusus bagi kepemimpinan seorang pemimpin.[13]
Nehemia memiliki sasaran dalam kepemimpinannya. Sasaran Nehemia adalah untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang telah runtuh dan terbakar (1:3; 2:17). Nehemia mengajak penduduk dan mereka nebyokong serta membantunya. Namun dalam usahanya itu, ada tentang serta rintangan yang dihadapinya. Rintangan yang Nehemia hadapi bukan sahaja dari kalangan luar, tetapi juga tentangan dari dalam.
KONFLIK YANG DIHADAPI DAN KAEDAH PENYELESAIANNYA.
Dalam perancangan Nehemia membina semula tembok kota yang telah runtuh, di mana ia mempunyai kuasa pelepasan dari raja, ia aman dalam perjalanannya dan orang-orang turut membantu usahanya. Nehemia tetap menghadapi konflik dan tentangan semasa pembinaan tersebut. Tentangan tersebut terjadi dali luar dan dalam, berikut adalah konflik yang ia hadapinya dan solusi penyelesaiannya:- [14]
TENTANGAN DARI LUAR
Ejekan & Celaan (4:1-6)
Tentangan pertama dari luar yang harus Nehemia hadapi ialah ejekan atau celaan (4:1-3). "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang Yahudi yang lemah ini?” Demikian ejekan Sanbalat, di mana hal tersebut merupakan suatu penghinaan yang dasyhat bagi kaum Nehemia. Penghinaan tersebut ditambah oleh Tobia yang berusaha melemahkan usaha Nehemia.
SOLUSI PENYELESAIANNYA
Nehemia terus berdoa (4:4) Setelah doa ini Nehemia menulis, ‘kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati’ (4:6). Demikianlah caranya menghadapi ejekan atau celaan-bukan membalasnya dengan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh penentangnya.
Demikian juga sikap kita sebagai orang percaya terhadap ejekan dunia, jawaban yang terbaik ialah tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah memohon berkat Roh Kudus, dan tidak henti-hentinya pula berusaha membawa orang kepada Kristus. Allah sentiasa mendengar doa dan usaha yang sungguh-sungguh.
Kekerasan (4:7-23)
Bila ejekan dan celaan tidak berhasil maka tentangan bertukar menjadi ganas. Ejekan berubah menjadi kekerasan. Celaan berubah menjadi ancaman dan terjadi suatu komplot yang jahat. Oleh kerana usaha mereka tidak berhasil, maka mereka merancang suatu tindakan yang jahat dan ganas (4: 7-23).
Keadaan bertambah genting, serangan dilancarkan oleh suatu komplot yang ngeri. Sanbalat dan Tobia-orang Arab dan orang Amon, orang Asdod!
SOLUSI PENYELESAIANNYA
Jalan penyelesaian yang diambil oleh Nehemia dan para pengikutnya ialah mereka melakukan hal yang sama, iaitu terus berdoa dan bekerja. Tetapi sedikit perbezaan dari hal pertama ialah, berdoa dan berjaga-jaga dan bekerja sambil berperang. ‘kami berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka siang dan malam karena sikap mereka’ (4:9) ‘Orang-orang yang memikul dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain mereka memegang senjata’ (4:17).
Apakah berdoa sahaja mencukupi? Mengapa mereka harus berjaga-jaga dan menggunakan senjata, sedangkan mereka berharap kepada Allah? Ini berlaku kerana Nehemia bukanlah seorang yang fanatik; ia tidak mau melakukan kesilapan kerana membuat ‘iman dan dugaan’ itu suatu hal yang sama. Berdoa, berjaga, bekerja dan berperang! Keempatnya penting bagi kita pada masa kini. Kita tidak boleh lalai melawan kejahatan yang menentang kebenaran Kristus.
Tipu muslihat (6:1-19)
Setelah penghinaan dan kekerasan tidak berhasil, maka Sanbalat, Tobia dan sekutunya melancarkan beberapa cara tipu muslihat mereka:-
Pertama, mereka mengundang Nehemia (6:1-4). Ia dipujuk melakukan rundingan damai. Mungkin Nehemia akan diajak mengadakan persekutuan di antara orang Yehuda, Samaria dan kawan-kawannya. Tetapi Nehemia benar-benar mengetahui muslihat mereka (6:2). Mereka berulangkali menjemput Nehemia untuk hal yang mereka rancang.
SOLUSI PENYELESAIANNYA
Nehemia hanya menjawab ‘aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar, aku tidak dapat datang!’ (6:3). Inilah satu-satunya jawaban yang paling tepat terhadap undangan demikian-akibatnya ialah pengasingan yang tidak kenal kompromi.
Kedua, Mereka mengintimidasi/mengertak (6:5-9). Mereka mengatakan adanya pengaduan yang telah disampaikan kepada raja, dengan maksud memfitnah Nehemia dengan orang Yahudi ‘berniat memberontak’.
SOLUSI PENYELESAIANNYA
Nehemia menjawab bahawa khabar tersebut adalah palsu dan hal tersebut hanya direka-reka. Oleh yang demikian, tuduhan ditolak dengan tegas! Nehemia terus berdoa dan tetap tidak mau mengadakan pertemuan dan berkompromi dengan mereka.
Ketiga, Mereka menimbulkan perpecahan di antara pengikut Nehemia, iaitu mereka di ajak untuk mengkhianati Nehemia (6:10-14), inilah perkara yang bahaya, bahkan ada beberapa nabi yang disogok.
SOLUSI PENYELESAIANNYA
Nehemia menolak melakukan yang tidak benar, walaupun yang memerintahkannya adalah seorang yang berjabatan nabi! Nehemia sangat kesal kerana terdapat pengikutnya yang mengkhianatinya, namun demikian mereka dikalahkan dengan keberanian, kejujuran dan doa (6:11, 14).
Di tengah-tengah jemaah Kristian masa kini pun terdapat pengkhianat-pengkhianat seperti Semaya dan Noaya (6:10-14). Hal ini tidak dapat dihindari, tindakan yang perlu kita lakukan hanyalah terus berdoa, bekerja dan berbakti kepada Allah dan siap untuk berperang secara rohani.
TENTANGAN DARI DALAM
Reruntuhan (4:10)
Berkatalah orang Yehuda, ‘Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini’. Dapat difahami mengapa mereka merasa putus asa. Ketika mereka baru mulai membina, Sanbalat melemparkan kata-kata bahawa timbunan runtuhan terlalu banyak. Semua puing tersebut haruslah bersihkan dan dibuang barulah pagar tembok dapat dibina. Untuk melakukan hal tersebut sangat melelahkan dan boleh melemahkan semangat. Keran bukan semua pengikut Nehemia melakukan pekerjaan yang sama tetapi masing-masing berada pada posisi yang ditetapkan (6:9).
Ketakutan (4:11-14)
Orang-orang Yahudi dari desa-desa yang berdekatan dengan Yerusalem telah berulangkali memberitahu Nehemia bahawa musuh-musuh merancang untuk melakukan serangan pada bila-bila masa (4:11,12). Hal ini menimbulkan ketakutan di antara oarang-orang Nehemia yang sedang bekerja. Perasaan takut itu dengan cepat tersebar dan melemahkan mereka. Orang-orang yang bekerja dengan Nehemia mengetahui bahawa pasukan Sanbalat lebih besar berbanding pasukan Nehemia.
SOLUSI PENYELESAIANNYA
Nehemia mendapat hikmat dari Tuhan dan ia bertindak melenyapkan rasa takut yang melanda para pengikutnya, antara tindakannya ialah:-
Pertama, mereka harus memandang kepada Tuhan, ‘Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dasyhat’ (4:14a).
Kedua, mereka harus mempertimbangkan segenap soal. ‘...berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuanmu, untuk isterimu dan rumahmu" (4:14b). Segala-galanya terancam bahaya! Tidak mungkin mengharapkan belas kasihan dari musuh yang jahat itu.
Ketiga, mereka harus siap sedia dengan senjata (4:16-23). Mulai hari itu satu tangan harus memegang perkakas, dan yang satu lagi memegang senjata. Betapa besar hikmat dalam mempersatukan perkakas kerja dengan senjata perang. Bahkan kesibukan persiapan-persiapan melawan serangan musuh jangan sekali-kali menyebabkan orang berhenti membangun pagar tembok, kerana pembinaan tersebut merupakan pertahanan untuk suatu jangka panjang. Walaupun sedang berperang, pembangunan janganlah dihentikan.
Rintangan ini lebih memburukkan keadaan dan merosakkan perancangan Nehemia akibat daripada kelicikan Sanbalat dan Tobia. Hal tersebut juga telah mengakibatkan perpecahan di antara pengikut Nehemia. Keadaan tersebut sangat genting. Keadaan orang-orang miskin - untuk membeli gandum dan membayar cukai saja (5:3-4) mereka harus menggadaikan tanah mereka, malah ada di antara mereka yang sanggup menjual anak mereka. Sedangkan orang-orang kaya dan tidak menghiraukan keadaan yang berlaku mengambil kesempatan untuk mengaut keuntungan yang berlebihan untuk kepentingan mereka sendiri.
.SOLUSI PENYELESAIANNYA
Beberapa cara Nehemia mengatasi konflik yang berlaku di tangah-tengah masyarakatnya, antaranya ialah:-
Pertama, orang-orang bersalah ditegur dan diberi tindakan keras (5:7). Kedua, orang-orang itu diminta mengikuti teladannya (5:8-11) Ketiga, orang-orang itu mengakui dan memperbaiki kesalahannya (5:12,13). Suatu sikap berterus terang yang telah mengakibatkan suatu hal yang baik terjadi.
Konflik yang terjadi pada masa Nehemia dapat diatasi kerana orang-orang yang bersalah siap untuk menerima teguran yang diberikan dengan terus-terang, kemudian mereka bertaubat dan memperbaiki kesalahan mereka. Ini terbukti dengan luapan sukacita dengan ucapan syukur seluruh jemaah Tuhan kerana dipulihkan (5:13).
KESIMPULAN
Administrasi adalah pengaturan orang-orang dalam perkumpulan untuk meraih tujuan bersama. Salah satu unsur penting dalam administrasi adalah kesanggupan untuk bergaul dengan orang secara benar-benar ramah, sopan, tetapi mantap.[15]
Nehemia seorang pemimpin yang tidak melakukan pekerjaan dengan sikap berbelah- bagi. Ia mengorganisasikan orang-orangnya menurut keluarga dan menurut keutamaan yang telah direncanakannya, mulai dari gerbang kota tersebut. Tembok Yerusalem berhasil dibangun kembali keranaa kemampuan Nehemia untuk bekerjasama dengan orang lain dan memimpin mereka kepada tujuan yang tepat. Dia berupaya melibatkan sebanyak mungkin orang dalam prosesnya dan bergerak maju dengan mereka yang sudah siap. Dia mengelola mereka dalam kelompok-kelompok alami berdasarkan hubungan. [16]
Persatuan mendorong pengaruh yang kuat. Persatuan penting bagi suatu ‘team’ agar menjadi terarah dan berfokus pada tujuan. Hati, kemahuan dan kekuatan anggota ‘team’ harus dipersatukan dengan tujuan dan arah yang sama. [17] Mendengarkan ‘in put’ dan dorongan dari bawahan merupakan suatu karakter kepemimpinan yang demokratis. Kepemimpinan jenis ini lebih bertahan lama daripada pemimpin yang menggunakan otoriti tanpa mahu bekerjasama dengan orang lain terutama untuk membuat suatu keputusan.
Nabi Nehemia telah menunjukkan gaya kepemiminan yang dapat menjadi salah satu teladan di antara banyak tokoh pemimpin dalam Alkitab. Integriti merupakan kriteria utama dalam diri seorang pemimpin Kristian yang baik dan besar. Keputusan-keputusan yang mempengaruhi ramai orang dimulai dari karakter.
Nehemia adalah pemimpin yang memiliki kasih dan tanggung jawab serta yakin akan visinya bahawa Allah memimpinnya untuk melaksanakan satu pekerjaan, yang menurut orang lain merupakan sesuatu pekerjaan yang tidak mungkin. Namun apapun kritikan orang terhadap Nehemia, dia tetap teguh dan berfokus kepada tujuan dengan tetap rendah hati meminta kekuatan dan petunjuk dari Allah lewat doa.
Nabi Nehemia berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Suatu tujuan yang murni, di mana ia mengasihi bangsanya dan menghargai tempatnya danpa memikirkan kepentingan dirinya sendiri sebagai orang yang berpengaruh dan mempunyai kehidupan yang selesa berbanding dengan orang-orang sebangsanya.
Sikap kepemimpinan inilah yang seharusnya menjadi inspirasi kepada para pemimpin untuk menang dalam menghadapi suatu konflik luaran dan dalaman. Jangan pernah berhenti untuk berharap dan percaya sungguh-sungguh kemampuan Allah dan campur tangan-Nya dalam setiap konflik yang kita hadapi. Sebab ketika kita merasa lemah, maka kita sebenarnya mendapat suatu kekuatan yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, hanya kuasa Roh Allah yang melakukannya.
...
Daftar Kepustakaan
_____, Testament Teacher Resource Manual, Indonesia: Intellectual Reserve, Inc., 1998.
J Baxter, Sidlow Menggali Isi Alkitab - 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997.
Sanders, J. Oswald Kepemimpinan Rohani. Batam Centre : Gospel Press, 2002.
Barna, George Leaders On Leadership. Malang : Gandum Mas, 2002.
Gangel, Kenneth O. Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. Malang : Gandum Mas, 1998.
Harefa, Andrias Kepemimpinan Kristiani. Jakarta : UPI STT, 2001.
Maxwell, John C. 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati, Batam Centre : Interaksara, 2002.
John H. Zenger and Joseph Folkman, The Handbook For Leaders, New York : McGrawHill, 2004.
Tomatala, Yacob Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner, Jakarta : YT Leadership Foundation, 2005.
[1] _____, Testament Teacher Resource Manual, (Indonesia: Intellectual Reserve, Inc., 1998) hal. 95
[2] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab - 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1997) hal. 459
[3] Testament Teacher Resource Manual, Op. Cit., hlm. 95.
[4] J. Sidlow Baxter, Op. Cit., hlm. 459
[5] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani. (Batam Centre : Gospel Press, 2002), hlm. 280
[6] George Barna, Leaders On Leadership. (Malang : Gandum Mas, 2002), hlm. 103.
[7] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. (Malang : Gandum Mas, 1998), hlm. 104.
[8] Andrias Harefa, Kepemimpinan Kristiani. (Jakarta : UPI STT, 2001), hlm. 34.
[9] George Barna, Op. Cit., hlm. 141.
[10] John C. Maxwell, 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati, (Batam Centre : Interaksara, 2002), hlm. 84
[11] George Barna, Op. Cit., hlm. 56.
[12] John H. Zenger and Joseph Folkman, The Handbook For Leaders, (New York : McGrawHill, 2004), hlm. 13-14.
[13] Yacob Tomatala, Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner, (Jakarta : YT Leadership Foundation, 2005), hlm. 24
[14] J. Sidlow Baxter, Op. Cit., hlm. 463-469
[15] Kenneth O. Gangel, Op. Cit., hlm. 142-143.
[16] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 82-84.
[17] George Barna, Op. Cit., hlm. 291.
2 comments :
Great...
Great...
Post a Comment
Sila Berikan Komen ATAU Sumbangan Artikel/Bahan Anda:-