Kepalaku telah aku gantung di tepi jalan berhutang kepada nasib
Merayapi tiap langkah manusia yang melalui tetes darah dari leherku
Meninggalkan jejak borok-borok di sendi-sendi belulang raga
Telah jatuh aku ke dalamnya, telah terbakar ambisi-ambisi semu
Kemanakah untuk mencari potongan-potongan kaidah hidupku??
Aku tak sanggup…
Aku menikam diri dengan sejuntai hasrat tuk mengabdi
Tuk membeli harga diri yang semakin busuk, terselubung bau anyir
Makin terbuka lebar masa-masa penuh luka tertoreh dalam hati
Untuk apa…?!
Satu langkah maju, menjadi terbelakang dalam duka
Aku berbakti, namun tak pernah sanggup wujudkan mulia
Beban, angkat beban itu semakin menundukkan kepalaku
Manusia hina, memalukan, itulah aku, akulah sang binatang busuk!!
Aku menjerit tertahan pedih yang menusuk batinku
Terkulai, menjadi yang terbuang dan merangkak reyot
Tanganku tak pernah menggenggam hasil budi insani
Tak pernah jadi malaikat yang meniupkan genderang surga
Mengapa, ini harus menjadi sebuah derai tangis??
Aku tak sanggup mengingat, tak mampu bersuara…
Aku benci hasratku tuk hidup, aku lemah tuk memeluk mentari
Aku tak sanggup menapaki gubuk yang pernah kusinggahi
Sungguh berat dan asa berpasrah pada sang Khalik
Bantulah, berikan suara tuk nyalakan kembali lenteraku!!
Tanpa letih tuk selalu menguatkan hati, menyatukan jiwa
Aku benci, aku ingin kembali, aku ingin tak pernah terjadi!!!
Aku tak sanggup Tuhan…
Aku tak sanggup melihat berlinangnya air mata itu
Berderai di kelopak matanya atas semua ini
Aku benci akan semua ini, Tuhan… mohon ampunanMu…
Bagiku inilah Saat yang terapuh tuk dialami… Tuhan…
Tuhan, Tuhan, hanya berserah padaMu…
Tetap Cintai dan Kasihanilah diri ini…
Aku menjadi Saat yang Terapuh dalam menapak hari
0 comments :
Post a Comment
Sila Berikan Komen ATAU Sumbangan Artikel/Bahan Anda:-